NASIONAL

Bersinggungan dengan Highly Sensitive Person

Si Terlalu Peka Sampai Mudah Disalahpahami

AUTHOR / Maria Katrina

Diskusi Psikologi (Disko)

KBR, Jakarta- Orang dengan sensitivitas atau kepekaan tinggi kerap dikaitkan dengan seseorang yang mudah marah atau tersinggung. Benarkah demikian?

Highly sensitive person (HSP) yang memiliki nama lain sensory processing sensitivity (SPS) adalah seseorang yang memiliki kadar sensitivitas atau kepekaan tinggi, bisa secara emosional, fisik, maupun interaksi sosial. Melansir laman Alodokter, diperkirakan, sekitar 15–20 persen populasi dunia tergolong dalam kepribadian HSP.

Namun bukannya gampang marah, highly sensitive person adalah orang yang lebih peka terhadap stimulasi yang terjadi di lingkungannya. Mulai dari keramaian, kebisingan, hingga interaksi sosial. Stimulan-stimulan inilah yang bisa membuat orang dengan highly sensitive person mudah lelah.

Baca juga:

Tak Sekadar Menghindar Interaksi Sosial

Gak Sekedar Pede Narsis Bisa Jadi Gangguan Mental Loh!

Memerangi Relasi 'Red Flag'

Tapi harus digarisbawahi bahwa highly sensitive person (HSP) bukanlah gangguan mental, melainkan tipe kepribadian. Menurut Dosen Tetap Prodi Psikologi Fakultas Humaniora dan Bisnis Universitas Pembangunan Jaya, Gita Widya Laksmini Soerjoatmodjo, mereka yang memiliki kepribadian HSP sangat sensitif terhadap suara atau kondisi tertentu.

“Sensori indrawinya lebih peka dibanding orang lain. Karena indrawinya lebih peka, maka dia itu merasakan sesuatu lebih intens, lebih kuat, dan berbeda dibanding orang biasa, akibatnya dia akan meresponnya pun juga lebih kuat dan lebih intens,” ucap Gita Widya dalam podcast Disko "Diskusi Psikologi".

Meski highly sensitive person bukanlah gangguan atau penyakit mental, Gita Widya menjelaskan HSP berdampak pada kondisi psikologis seseorang.

“Dia mungkin jadi gampang stress, terus gampang terbawa emosi. Jadi kesejahteraan psikologisnya juga jadi mudah berubah. Jadi lebih ke situ sih. Tapi HSP ini gangguan, bukan. Ini cuma kepribadian seseorang aja,” ujarnya.

Gita Widya juga menjelaskan kepribadian highly sensitive person juga berdampak pada hubungan sosial seseorang. Seringkali orang kepribadian HSP akan dianggap sebagai “orang baperan” oleh teman-temannya. Hal ini membuat mereka yang HSP akan percaya dengan respon teman-temannya tersebut.

“Jangan-jangan gua drama queen, jangan-jangan gua emang manja. Nanti kebawa-bawa dan malah ke arah depresi, apalagi kan pengolahannya dalam, pengolahannya kompleks, pengolahannya jauh. Jadi inilah yang kemudian bisa berdampak kalau lingkungannya yang ga suportif seperti itu,” lanjut Gita Widya.

Untuk menghindari timbulnya highly sensitive person, Gita Widya menyarankan untuk menggunakan teknik drowning, yaitu teknik mempelajari tempat yang nyaman untuk diri sendiri. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan menutup mata, memakai headphone untuk menghindari suara bising, mengatur pernapasan, dan mencari hal yang membuat diri nyaman.

“Bisa juga pakai aromatherapy gitu atau mandi air hangat. Jadi cari sesuatu yang sifatnya self-care yang pada sensori kita tuh lembut rasanya dan tidak terlalu meng-overstimuly. Kalau kamar, mungkin cari kamar yang di dalam dan tidak terekspos pada suara jalan. Atau kalau berada di ruang yang membuat kita kewalahan, ya memang kita harus rehat,” Gita Widya melanjutkan penjelasannya.

Masih ada penjelasan dan tip lainnya terkait highly sensitive person loh. Langsung cek aja di podcast Disko "Diskusi Psikologi" melalui link berikut ini:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!