NASIONAL
"Membangun brand jadi sebuah tantangan bagi UMKM, langkah efektif dan efisien harus dilakukan agar brand bisa dikenal luas."
KBR, Jakarta- Selama dua tahun lebih dikungkung pandemi Covid-19, daya beli masyarakat menurun. Ditambah pula dengan isu resesi 2023, pengusaha mesti berhati-hati menjalankan bisnis.
Strategi pemasaran yang fresh dan relevan jadi kunci para pebisnis untuk bertahan. Ini tak cuma berlaku bagi pebisnis besar, tetapi juga pelaku usaha kecil mikro dan menengah (UMKM).
Nah, pemasaran itu terkait erat dengan brand yang dibangun sama tiap UMKM. Mengapa demikian?
Menurut Brand Activist Arto Biantoro, membangun brand bagi UMKM penting karena brand jadi satu-satunya unsur pembeda antara satu bisnis dengan bisnis lainnya. Tak hanya itu, brand yang baik akan memengaruhi angka penjualan produk atau sales.
“Biasanya ketika brand itu kuat, dia memiliki sebuah posisi tertentu di hati pengguna, sehingga chance untuk kemudian terjadi transaksi pembelian itu jauh lebih tinggi dibandingkan kita ga kenal brand-nya,” jelas Arto.
Membangun brand itu seperti menyentuh hati calon konsumen. Ada yang namanya touch point, yakni mengoptimalkan pembentukan persepsi terhadap brand melalui interaksi lewat pancaindra. Misalnya media online yang bisa mengeksplorasi pengalaman visual dan audio.
"Media sosial itu cuma menyentuh mata dan telinga, lo hanya bisa lihat dan dengar, tapi ga bisa pegang, ga bisa cobain, ga bisa cium. Itulah kenapa online saja itu ga cukup dalam membangun brand, lo perlu offline dan online," kata Arto.
Baca juga:
Manfaat Brand Awareness untuk Jaring Pelanggan
Arto Biantoro menyebut salah satu cara efektif bagi UMKM untuk membangun brand adalah dengan perlu membuat target pasar sangat spesifik. (Dok: Pribadi)
Arto mencontohkan sebuah kafe yang membangun persepsi brand-nya lewat barista, yang direkrut dari anak kuliahan. Si pemilik kafe merancang touch point offline dengan memberikan layanan prima yang sesuai kebutuhan masing-masing pelanggan.
"Ketemu barista, yang tiba-tiba bisa ngomong 'kak, lo mau stay lama ga? kalau lo lama, gue mau nyiapin bangku di pojok sebelah sana supaya lo bisa kerja lebih nyaman,' keren banget," kisah Arto.
Strategi-strategi kreatif membangun brand seperti ini jelas mesti digali. Namun, eksekusinya bisa berjalan maksimal jika UMKM kelar soal target pasar mana yang mau dibidik.
Kata Arto, berbeda dengan bisnis yang memiliki target seluas-luasnya, membangun brand harus punya target sespesifik mungkin. Ia mencontohkan, brand UMKM yang menjual bakmi Jawa instan. Targetnya adalah orang-orang Jawa yang rindu mi goreng, sehingga produknya dibuat instan agar mudah dibuat tanpa harus pergi ke warung atau restoran.
“Praktik membangun brand mulai dengan market yang spesifik, dengan market yang spesifik itu budget jadi lebih efektif, efisien,” ujarnya.
Dengarkan penjelasan lengkap soal branding untuk UMKM di Uang Bicara episode Taktik Bangun Brand UMKM dari Nol bersama Brand Activist Arto Biantoro di KBR Prime, Google Podcast, Spotify, dan platform mendengarkan podcast lainnya.