"Bisa saja proyeksi itu kesampaian. Tapi nggak mudah, karena apa, kalau berkaca pada situasi impor 2 tahun terakhir yang jumlahnya hampir 3 sampai 3,5 juta ton,"
Penulis: Shafira Aurel, Heru Haetami
Editor: Resky Novianto

KBR, Jakarta- Kepala Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi (P3A) Serikat Petani Indonesia (SPI), Muhammad Qomarun Najmi menilai komitmen pemerintah untuk tidak impor beras pada 2025 perlu dibuktikan dengan kebijakan yang nyata.
Qomarun menyebut, komitmen ini menjadi political will dari pemerintah untuk kesejahteraan petani, namun jika pemerintah memang serius, seharusnya dimulai dari meningkatkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan beras.
"Untuk memastikan apa yang disampaikan pemerintah ini memang serius, ya dimulai dengan peningkatan HPP di harga yang menguntungkan petani. Usulan kita di Rp7000 per kilogram untuk gabah kering panen. Kemudian setelah penetapan harga itu, diikuti nanti penyerapan panen, prioritas untuk panen lokal," kata Qomarun kepada KBR, Kamis (5/12/2024).
Qomarun mengatakan, saat ini HPP Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani hanya sebesar Rp6000 per kilogram. Dari harga ini, menurut Qomarun belum memperhitungkan keuntungan untuk petani.
"Minggu kemarin itu kan sudah ada rilis juga untuk HPP gabah dan untuk HET beras. Nah dari situ kita melihat, harganya kan masih sama ya. Artinya tidak ada peningkatan yang signifikan untuk petani," imbuhnya.
Penilaian Pakar
Sebagian kalangan pengamat pertanian menilai, pemerintah perlu meningkatkan produksi petani dalam negeri jika ingin terlepas dari ketergantungan ekspor beras.
Pengamat ekonomi pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, upaya menggenjot produksi itu penting untuk menutupi kebutuhan konsumsi beras di tanah air.
"Bisa saja proyeksi itu kesampaian. Tapi nggak mudah, karena apa, kalau berkaca pada situasi impor 2 tahun terakhir yang jumlahnya hampir 3 sampai 3,5 juta ton. Itu artinya setidaknya harus ada lompatan produksi, kenaikan produksi segitu. 3,5 sampai 4 juta ton tahun depan. Itu enggak kecil itu gede." kata Khudori kepada KBR, Kamis (5/12/2024).
Khudori menambahkan, keyakinan tak akan impor beras yang berimplikasi pada dorongan menaikan produksi itu mestinya menjadi pemacu para pembantu presiden agar bekerja lebih maksimal.
"Meningkatkan produksi 2 persen, 3 persen, apalagi 5 persen itu tidak mudah. Ini harus dimaknai sebagai lecutan bagi para pembantu beliau (Prabowo) bahwa ini nggak boleh main-main." ujar Khudori.
Sehingga kata dia, target kemandirian pangan yang dicita-citakan Presiden Prabowo Subianto dapat tercapai.
"Bahwa soal pangan adalah soal hidup mati. Ini logistik yang penting ketika ada krisis, ketika ada perang, ketika ada pandemi dan seterusnya. Itu nggak bisa bergantung pada impor, nggak bisa bergantung pada negara lain. Ketika negara lain menutup ekspor, membatasi ekspor, sulit kalau kita bergantung pada negara lain," katanya.
Keyakinan Presiden Prabowo
Presiden Prabowo Subianto meyakini pada 2025 mendatang Indonesia tidak akan impor beras.
Prabowo mengatakan kemungkinan itu bisa terjadi pasca-dirinya menerima laporan ihwal cadangan beras dalam negeri yang mencapai 2 juta ton.
Itu disampaikan Prabowo dalam pertemuan jelang Sidang Kabinet Paripurna di Istana, Jakarta.
"Sangat menggembirakan produksi pangan kita naik. Cadangan pangan kita mungkin terbesar selama beberapa tahun ini, yang ada di gudang kita saya kira mendekati 2 juta ton. Dan sangat besar kemungkinan dan keyakinan saya tahun 2025 kita tidak akan impor beras lagi," ucap Prabowo, Senin (2/12/2024).
Prabowo mengeklaim, produksi beras yang besar itu berkat kerja antarkementerian dan lembaga dalam mengatasi fenomena El Nino dan La Nina.
"Kita mampu mengatasi tahun ini yang tidak ringan karena kita hadapi El Nino sekaligus La Nina musim kering. Tapi kita mampu mengatasi, mampu menghadapi di tengah memang suasana geopolitik yang tidak ringan. Masalah geopolitik berpengaruh dengan masalah pangan," katanya.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat impor beras sepanjang 2024 berjumlah 3,48 juta ton. Angka ini jauh lebih besar ketimbang pada 2023 yakni 3,06 juta ton.
Pada 2022 impor beras Indonesia hanya 429,2 ribu ton. Pada tahun sebelumnya atau 2021 impor ini sebesar 407,7 ribu ton.
Lalu 2020, impor beras sempat berada pada angka 356,29 ribu ton. Nilai tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 444,5 ribu ton.
Baca juga:
- Prabowo Yakin 2025 Tak Impor Beras