ragam
Prabowo dan Trump Capai Kesepakatan, Mencermati Tantangan dan Peluang Tarif Dagang RI-AS

"Kita dikasih 19 persen, sementara Amerika dapat nol persen. Tidak ada fairness di situ”, ujarnya

Penulis: Naomi Lyandra

Editor: Resky Novianto

Google News
peti
Truk trailer melintas di PT Terminal Petikemas Surabaya, Surabaya, Jawa Timur, Senin (7/7/2025). ANTARA FOTO/Didik Suhartono

KBR, Jakarta- Pemerintah Indonesia resmi mengumumkan hasil negosiasi dengan Amerika Serikat terkait penyesuaian tarif ekspor. Indonesia kini dikenakan tarif impor sebesar 19 persen untuk ekspor ke AS, turun dari penerapan semula 32 persen.

Tarif ini menjadi yang terendah di ASEAN. Sebagai imbal balik, sepuluh komoditas ekspor Amerika Serikat, termasuk gandum, jagung, kedelai, LNG, pesawat Boeing, hingga laptop dan alat kesehatan, kini dibebaskan dari bea masuk ke Indonesia.

Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, mengungkapkan apresiasinya atas keberhasilan menurunkan tarif. Namun, ia menyatakan kegelisahan terkait ketidakseimbangan yang terjadi.

"Bahwa bagaimanapun di dalam hal ini kita menilai si Amerika ini cukup brutal ya karena kan itu kan melanggar prinsip resiprokal. Bagaimana kita jadi barang-barang mereka kayak kita nol, kita ke sana menjadi 19 persen. Kan itu sesuatu yang sebetulnya nggak fair," ujarnya dalam siaran Ruang Publik KBR, Jumat (18/7/2025).

Abdul juga menyoroti ketergantungan industri mebel terhadap pasar AS, yang mencapai 54 persen dari total ekspor.

"Pemerintah harus juga mendorong kita untuk mencoba memasuki pasar non-Amerika Serikat. Sehingga apa? Tingkat ketergantungan ke Amerika itu dikurangi," tambahnya.

red
Perajin menyelesaikan pembuatan mebel di kawasan Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Senin (23/8/2021). Foto: ANTARA


Dampak ke Industri Dalam Negeri dan Pasar Lokal

Tarif nol persen untuk produk AS membuka peluang invasi barang impor. Abdul menyebutkan risiko membanjirnya produk Amerika seperti mebel dan elektronik dengan harga murah, mengancam pelaku industri lokal.

"Industri mebel dalam hal ini adalah penyerap tenaga kerja yang sangat besar. Kalau ini nggak dilindungi ya susah. Apalagi dengan tarif Amerika yang nol ke sini,” ujar Abdul.

Ia menekankan pentingnya penguatan pasar domestik dan perlindungan terhadap produk lokal:

"Pemerintah harus betul-betul menjaga. Jangan sampai ada barang-barang yang ilegal masuk. Ini juga ancaman terhadap industri nasional,” ujar Abdul.

"Kami dianggap sebagai jagoan ekspor untuk mebel dan kerajinan. Tapi mungkin kita sedikit melupakan pasar dalam negeri yang begitu besar," imbuhnya.

Langkah Pemerintah Diapresiasi Namun Tetap Ada Tantangan

Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mengapresiasi langkah Pemerintah Indonesia dalam mencapai kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat (AS) yang berhasil menurunkan tarif impor menjadi 19 persen, dari rencana awal 32 persen.

“Tahapan negosiasi yang intens dilakukan pemerintah sejak bulan April dengan melewati beberapa putaran bersama U.S. Secretary of Commerce Howard Lutnick dan United States Trade Representative Jamieson Greer, lanjut negosiasi bulan Juni dan Juli ini dengan negosiasi langsung bukan merupakan hasil yang instan untuk kemajuan industri padat karya yang berorientasi ekspor,” kata Direktur Eksekutif Aprisindo Yoseph Billie Dosiwoda dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu dikutip dari ANTARA.

red
Pekerja memproduksi sepatu yang siap untuk diekspor di Tangerang, Banten. Foto: ANTARA

Yoseph menjelaskan industri alas kaki yang tergabung dalam Aprisindo merupakan sektor padat karya yang menyerap tenaga kerja besar, terutama di Pulau Jawa. Saat ini, industri alas kaki menyerap sekitar 960 ribu pekerja langsung dan melibatkan sekitar 1,3 juta orang dalam rantai pasoknya.

Menurut dia, keberlangsungan industri sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal, terutama kebijakan tarif impor AS terhadap produk Indonesia.

Pada 2024 saja, ekspor alas kaki Indonesia ke AS tercatat mencapai 2,39 miliar dolar AS, dan tarif yang lebih rendah diharapkan mampu mendorong peningkatan ekspor ke depannya.

“Apabila hasil ini dianggap sebagai tantangan oleh berbagai pihak. Namun tetap harus dimaknai sebagai peluang strategis ke depan karena hasil tarif 19 persen bagi Indonesia ini memberikan dampak yang positif dengan harapan meningkatkan nilai ekspor dan investasi di sektor industri padat karya alas kaki, ” kata Billie.

Presiden Prabowo Ungkap Kesepakatan Usai Menelpon Trump

Presiden Prabowo Subianto mengungkap isi pembicaraannya melalui sambungan telepon dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yaitu keduanya sepakat membawa hubungan dagang Indonesia-AS saling menguntungkan.

Presiden Prabowo mengunggah foto dirinya berbicara dengan Presiden Trump melalui sambungan telepon beberapa jam setelah Presiden Trump mengumumkan AS menurunkan tarif impor timbal balik Indonesia menjadi 19 persen dari semula 32 persen.

“Saya baru saja melakukan pembicaraan yang sangat baik dengan Presiden Donald Trump. Kami sepakat untuk membawa hubungan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat ke era baru yang saling menguntungkan bagi kedua negara kita yang besar,” kata Presiden Prabowo dalam unggahan di akun media sosial Instagram pribadinya @prabowo yang dikutip di Jakarta, Rabu dikutip dari ANTARA.

“Presiden Trump menyampaikan salam hangatnya kepada seluruh rakyat Indonesia,” sambung Presiden Prabowo.

red
Presiden Prabowo Subianto berbicara melalui sambungan telepon dengan Presiden AS Donald Trump membahas tarif impor yang ditetapkan oleh AS kepada Indonesia sebagaimana diunggah akun Instagram pribadi Presiden Prabowo @prabowo, Rabu (16/7/2025). ANTARA/HO-Instagram @prabowo.

Trump: RI Buka Seluruh Pasar untuk AS

Dalam kesempatan terpisah, Presiden Trump mengumumkan perundingan mengenai tarif telah rampung setelah dirinya berbicara langsung dengan Presiden Prabowo.

“Kesepakatan bersejarah ini untuk pertama kalinya membuka seluruh pasar Indonesia untuk Amerika Serikat. Indonesia, sebagaimana isi kesepakatan itu, berkomitmen untuk membeli 15 miliar dolar AS untuk energi dari AS, 4,5 miliar dolar AS produk-produk pertanian, dan 50 pesawat Boeing, yang sebagian besar seri 777,” kata Presiden Trump.

Trump kemudian menyebut besaran tarif yang harus dibayar menjadi sebesar 19 persen untuk seluruh barang-barang yang diekspor oleh Indonesia ke AS.

Walaupun demikian, jika Indonesia mengirim barang yang asalnya dari negara-negara yang besarannya tarifnya lebih besar dari Indonesia ke AS, AS akan menagih sisa tarif negara asal barang ke Indonesia.

“Terima kasih rakyat Indonesia atas persahabatan dan komitmen untuk membuat defisit dagang menjadi kembali imbang. Kami akan terus mewujudkan (kepentingan) rakyat Amerika Serikat, dan rakyat Indonesia,” kata Trump.

Istana: Tarif Impor RI ke AS Salah Satu yang Terendah di Asia

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi mengemukakan tarif impor yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap produk-produk Indonesia menjadi 19 persen dari sebelumnya 32 persen, lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan Asia.

Hasan menjelaskan negara ASEAN lainnya, misalnya Vietnam, juga berhasil negosiasi dengan Pemerintah AS sehingga tarif impor yang dikenakan turun menjadi 20 persen.

"Itu banyak sekali yang mengapresiasi karena Vietnam berhasil bernegosiasi dengan Pemerintah Amerika Serikat. Sekarang, pemerintah kita dari tarif awal, turun ke 19 persen, jadi lebih rendah dibandingkan negara lain di Asia," kata Hasan saat jumpa pers di Kantor PCO, Gedung Kwarnas Jakarta, Rabu dikutip dari ANTARA.

red
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi. Foto: ANTARA

Menurut Hasan, tarif impor yang dibebankan ke Indonesia turun signifikan berkat negosiasi yang dilakukan langsung antara Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden AS Donald Trump.

Tercapainya kesepakatan itu, Hasan melanjutkan, juga hasil dari tim negosiasi Pemerintah RI yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

"Kalau diibaratkan, ada sebuah rumah, dia bikin pagar awalnya tingginya 32 (persen) kalau buat kita. Setelah bernegosiasi, pagarnya bisa diturunkan jadi 19, tentu ini kemajuan yang juga tidak bisa dibilang kemajuan kecil, tidak bisa juga dibilang keberhasilan yang kecil. Ini melalui perjuangan yang luar biasa dari tim negosiasi kita," kata Hasan.

BI Dalami Dampak Kesepakatan Tarif RI-AS

Bank Indonesia (BI) mengatakan perlu dilakukan pendalaman mengenai dampak kesepakatan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang sebesar 19 persen, terhadap pasar keuangan Indonesia.

“Terkait negosiasi, dampaknya terkait dengan neraca perdagangan, cadangan devisa, pasar keuangan seperti apa, tentunya kita masih perlu melakukan pendalaman,” kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) BI Juli Budi Winantya dalam media briefing di Nusa Tenggara Timur, Jumat dikutip dari ANTARA.

Juli menuturkan di tengah ketidakpastian global yang meningkat, pertumbuhan ekonomi domestik perlu terus didorong, antara lain dengan stimulus fiskal, kebijakan moneter dan belanja pemerintah.

“Secara umum, dampaknya (tarif impor AS) ini akan positif, termasuk investasi akan membaik dan pasar keuangan akan membaik,” ujarnya.

Pada triwulan II-2025, pertumbuhan ekonomi nasional ditopang oleh investasi nonbangunan, dan kinerja ekspor yang masih cukup baik. Program-program unggulan (flagship) pemerintah juga dapat mendorong pertumbuhan. Ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh sebesar 4,6-5,4 persen pada 2025.

Kesepakatan Tarif RI-AS Menguntungkan Buat Rakyat

Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi Gerindra, Kamrusammad menyampaikan pandangan optimis atas capaian pemerintah.

"Indonesia adalah negara terendah kedua setelah Singapura. Positioning kita dalam negosiasi ini menguntungkan buat rakyat,” ujar Sammad dalam siaran Ruang Publik KBR, Jumat (18/7/2025).

Ia menegaskan bahwa penghapusan tarif impor AS justru meringankan beban konsumen.

"Nol persen itu konsumen Indonesia yang memakai produk dari Amerika tidak akan mendapatkan tambahan beban biaya,” jelasnya.

red
Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi Gerindra, Kamrusammad. Foto: Youtube KBR


Sammad juga menggarisbawahi pentingnya memperkuat daya saing domestik sebagai respons terhadap masuknya barang impor bebas tarif.

"Digitalisasi UMKM sebuah kemutlakan supaya kita bisa mempertahankan pasar domestik sekaligus meraih pasar baru”, ujarnya.

Terkait pembelian produk AS seperti energi dan pertanian, Sammad menjelaskan bahwa hal itu adalah bagian dari strategi alokasi ulang sumber impor.

"Indonesia akan membeli lebih kurang 15 miliar dolar AS untuk energi. Kemudian sekitar 4,5 miliar dolar AS untuk produk pertanian seperti kedelai,” lanjut Sammad.

Sammad juga menyampaikan harapan adanya peningkatan diplomasi ekonomi dan efisiensi produksi dalam negeri.

"Kita harus terus meningkatkan diplomasi ekonomi... supaya surplus perdagangan bisa kita lanjutkan,” tuturnya.

Ekonom: Waspada Ada 'Biaya Tersembunyi' Dibalik Kesepakatan Tarif RI-AS

Peneliti Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Rani Septyarini menilai bahwa meski tarif 19 persen adalah penurunan yang signifikan, namun hasil negosiasi masih belum cukup memuaskan.

"Kita apresiasi usaha pemerintah, tapi benar kata Pak Abdul (Ketua Himki), ini resiprokal. Kita dikasih 19 persen, sementara Amerika dapat nol persen. Tidak ada fairness di situ”, ujar Rani dalam siaran Ruang Publik KBR, Jumat (18/7/2025).

Rani menyoroti adanya opportunity cost dari kebijakan tarif nol terhadap barang impor AS:

"Ada penerimaan yang seharusnya ada, tapi kemudian hilang karena tarifnya nol persen. Jika tidak diiringi dengan penerimaan lain, itu pasti akan berpengaruh kepada APBN kita,” jelasnya.

red
Peneliti Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Rani Septyarini. Foto: Youtube KBR


Rani menyarankan pemerintah mengimbangi dengan strategi lobi non-tarif, seperti transfer teknologi atau pengetahuan dalam pembelian produk-produk AS seperti Boeing.

"Kalau kita ada komitmen membeli Boeing, kemudian apa yang kita dapatkan? Apakah itu ada transfer pengetahuan? Karena ini hubungan bilateral, harusnya setara,” lanjutnya.

Rani menyebut dampak bagi penerimaan negara yang bakal terasa usai kesepakatan tarif RI-AS diimplementasikan.

"Fairness itu bukan berarti sama, tapi juga harus mempertimbangkan apakah ini akan sangat berdampak bagi penerimaan negara," tuturnya.

Ekonom: Produk Pertanian Berpotensi Merugi

Peneliti dari Centre of Reform on Economics (CORE) Eliza Mardian menilai Indonesia perlu memperbanyak hambatan non-tarif atau non-tariff measures (NTM) untuk produk-produk pertanian Amerika Serikat (AS).

Eliza mengatakan langkah itu perlu dilakukan untuk melindungi petani dan peternak lokal dari gempuran produk impor murah, menyusul kesepakatan dagang baru antara Indonesia dan AS.

Indonesia telah setuju membeli produk pertanian AS senilai 4,5 miliar dolar AS (setara sekitar Rp73,35 triliun, kurs 1 dolar AS setara Rp16.299) sebagai bagian dari perjanjian tarif 19 persen yang dikenakan AS pada Indonesia. Sebagai imbalan, produk-produk AS akan memasuki pasar Indonesia dengan tarif nol persen.

Eliza mengatakan meskipun kesepakatan dagang baru itu menurunkan tarif, sektor pertanian Indonesia justru berpotensi merugi.

Komoditas seperti kedelai, jagung, daging sapi, ayam dan susu dari AS diperkirakan akan membanjiri pasar domestik. Produk-produk tersebut cenderung lebih murah karena adanya indikasi subsidi di AS.

Menurut dia, gempuran produk impor murah tersebut memang menarik bagi konsumen dan produsen industri pengolahan karena harga yang lebih kompetitif.

Namun kondisi itu, kata Eliza, akan memukul petani dan peternak lokal yang belum siap bersaing.

"Petani dan peternak kita belum disiapkan matang untuk bisa bersaing dengan petani AS skala besar, yang lebih efisien karena teknologi dan modal yang kuat," kata Eliza dikutip dari ANTARA.

Oleh karena itu, peningkatan daya saing, pasokan dan penambahan jumlah NTM dinilai menjadi sangat penting.

"Dengan adanya hambatan non-tarif setidaknya jadi filter bagi kita agar tidak digempur produk impor, harus ada standar-standar yang mereka ikuti sesuai regulasi di dalam negeri," tutup Eliza.

Obrolan lengkap episode ini bisa diakses di Youtube Ruang Publik KBR Media

Baca juga:

- Trump Patok Tarif 32 Persen: Pemerintah Melobi, Industri Terancam, Diplomasi Dipertanyakan



tarif
AS
RI
Donald Trump
Trump
Presiden prabowo
19 persen

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...