Perwakilan mahasiswa menyebut jika rencana BEM menerima dana tanpa kritik terjadi, maka yang lahir bukan kemajuan, tapi penyesatan
Penulis: Naomi Lyandra
Editor: Resky Novianto

KBR, Jakarta- Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Universitas Mulawarman (Umnul) Maulana menyatakan kekhawatirannya terhadap motif usulan pemberian dana riset khusus kepada BEM seluruh Indonesia.
Respons itu disampaikan usai muncul usulan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah IV, Lukman yang mengusulkan pemberian dana bantuan riset ratusan juta kepada BEM, ketimbang berdemonstrasi ataupun berunjuk rasa kepada pemerintah.
Maulana menyebut program ini justru berpotensi menjadi upaya membungkam kritik mahasiswa terhadap pemerintah. Ia juga menilai ucapan tersebut sebagai bentuk “niat terselubung” yang patut dicurigai.
“Ketika kita melihat ini adalah upaya untuk kemudian bagaimana meredam secara pelan-pelan, secara halus-halus, bahwa gerakan yang nantinya dan kebelakangan ini, yang sedang dibangun, akan perlahan hilang,” ujar Maulana dalam siaran Ruang Publik KBR, Kamis (14/8/2025).
Maulana turut mempertanyakan transparansi dan urgensi distribusi dana riset tersebut.
“Kenapa sih mesti teman-teman BEM hari ini yang digelontorkan dana 200 hingga 300 juta? Kenapa tidak kebutuhan-kebutuhan lain? Ini kan sangat ambigu bagi kami”, kata Maulana.
Patut Waspada Jika Ada Agenda Tersembunyi
Dari sisi kampus, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Zuly Qodir mengaku belum menerima informasi resmi terkait pemberian dana tersebut.
“Informasi itu saya baru terima hari ini. Belum pernah ada manusianya datang ke tempat saya. Karena itu saya harap ini informasi hoax,” ucap Prof. Zuly dalam siaran Ruang Publik KBR, Kamis (14/8/2025).
Namun, ia menegaskan akan bersikap kritis apabila dana tersebut terbukti diberikan dengan maksud meredam aspirasi mahasiswa.
“Kalau pemberian dana lalu kemudian kita tidak boleh menyampaikan aspirasi politik, menyampaikan kritik kepada pihak pemerintah, buat saya lebih baik tidak usah. 200 juta untuk apa? 300 juta untuk apa?”tegasnya.
Lebih lanjut, Prof. Zuly menyinggung motif di balik skema pendanaan riset oleh pemerintah.
“Kalau tidak sesuai dengan keinginan pemberi dana, maka tidak akan didanai. Kalau begitu, sebetulnya dari segi kemanfaatannya, dalam tanda kutip, terlalu sedikit,” lanjutnya.

Ketimbang Mengkritisi Pemerintah Lebih Baik Bikin Proyek Unggulan
Sebelumnya, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah IV Banten dan Jawa Barat, Lukman, mengatakan pendanaan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi ide-ide cemerlang mahasiswa melalui pengajuan proposal. Berbeda dengan Program Kreativitas Mahasiswa yang menyasar individu, program ini fokus pada kerja kolektif BEM di satu perguruan tinggi.
“Kita danai Rp200–300 juta per proyek unggulan mereka. Jadi sekarang kita kolaborasi saja daripada mengkritisi pemerintah,” ujar Lukman saat menghadiri Konvensi Sains Teknologi Industri Indonesia (KSTI) 2025 di Bandung, Sabtu (9/8/2025).
Lukman menekankan bahwa proposal yang diajukan BEM harus berdampak, selaras dengan agenda riset dan inovasi nasional di bidang energi, pangan, kesehatan, dan teknologi.
Dukungan Mendiktisaintek
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto mengajak seluruh perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Indonesia bersama-sama terlibat dalam proyek riset guna mendukung pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di Indonesia.
"Kita ingin mengajak mahasiswa untuk juga punya kontribusi keterlibatan dengan berbagai kegiatan kementerian atau berbagai kegiatan pengembangan pengetahuan dan teknologi yang dipelajari di kampus," kata Mendiktisaintek Brian Yuliarto saat ditemui di sela-sela acara gelaran Konvensi Sains, Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025, Sasana Budaya Ganesa, Bandung, Sabtu (9/8/2025) dikutip dari ANTARA.
Brian menyebut Program Mahasiswa Berdampak telah diinisiasi oleh Kemdiktisaintek untuk mewujudkan partisipasi aktif mahasiswa dalam membangun budaya iptek di Indonesia.
Ia menilai partisipasi mahasiswa dengan keilmuan yang diperoleh mereka di kampus bisa menjadi salah satu pemecah masalah sehari-hari yang dihadapi oleh masyarakat.
"Kita lihat BEM tentu pasti representasi dari teman-teman mahasiswanya. Nah, BEM akhirnya mengonsolidasikan, kemudian dengan itu mereka menyusun proposal, kemudian nanti kita review," ujar Mendiktisaintek.

Transparansi Soal Tujuan Dana Riset
Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Universitas Mulawarman (Umnul) Maulana menegaskan pentingnya transparansi dan keterlibatan mahasiswa dalam kebijakan kampus menyangkut dana riset.
“Kalau hari ini kampus akan menerima hal itu, tentu harus ada dialektika terlebih dahulu dengan pihak BEM. Karena tidak bisa diterima secara mentah-mentah. Dan kami harus mengetahui output daripada riset ini apa,” ujar Maulana.
Ia juga menyoroti ironi kebijakan pemerintah mengenai efisiensi anggaran.
“Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan instruksi presiden, yaitu efisiensi anggaran. Sementara pada saat ini, kita diberikan anggaran dengan semena-mena, diberikan dana dengan cuma-cuma, dengan alasan untuk riset dan penelitian,” lanjut Maulana.
Jangan Dibungkam dengan Dalih Tertentu
Maulana menegaskan kembali peran mahasiswa dan kampus sebagai penjaga nurani bangsa.
“Kampus itu adalah miniatur negara. Kampus adalah dapurnya negara. Ketika kampus menerima dana tanpa kritik, maka yang lahir bukan kemajuan, tapi penyesatan,” tegas Maulana.
Sementara, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Zuly Qodir menegaskan, kampus tidak akan tunduk kepada agenda tersembunyi.
“Mahasiswa punya banyak cara. Kampus juga punya banyak cara untuk menyampaikan aspirasi. Negara lebih baik mengurus dirinya dengan baik, dan kampus juga memberikan hal terbaik untuk negara,” terangnya.

Pemerintah Dinilai Tak Transparan
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, menyebut bahwa kontroversi ini bermula dari pernyataan Kepala LLDikti Wilayah 4, Lukman, sebagai pemicu kegelisahan mahasiswa.
“Pak Lukman, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi, wilayah 4 Jawa Barat itu menyatakan bahwa BEM-BEM ini kan banyak memiliki ide brilian. Daripada mereka melakukan demo, lebih baik kami danai untuk melakukan kegiatan kreativitas mahasiswa,” kata Usman dalam siaran Ruang Publik KBR, Kamis (14/8/2025).
Menurut Usman yang juga Mantan Aktivis ‘98, kebijakan ini mencerminkan pola-pola lama seperti di era Orde Baru.
“Mulai dari intimidasi sampai dengan kriminalisasi dan juga represi yang mengakibatkan banyak mahasiswa luka-luka. Yang paling fatal adalah aksi reformasi di korupsi sampai ada 5 orang mahasiswa yang tewas. Termasuk 2 orang mahasiswa dari kampus Muhammadiyah,” tutur Usman.
Lebih lanjut, ia menyimpulkan bahwa hal tersebut menjadi lumrah.
“Mulai dari intimidasi sampai dengan kriminalisasi dan juga represi yang mengakibatkan banyak mahasiswa luka-luka. Yang paling fatal adalah aksi reformasi di korupsi sampai ada 5 orang mahasiswa yang tewas. Termasuk 2 orang mahasiswa dari kampus Muhammadiyah,” jelas Usman.
Usman turut menyampaikan permintaan yang jelas kepada pemerintah. Kata dia, dana riset untuk kegiatan BEM jangan sampai mengebiri gerakan mahasiswa.
“Seharusnya dibantah saja pernyataan salah satu pejabat kementerian saintifik bahwa riset itu untuk mengalahkan gerakan mahasiswa daripada berdemonstrasi atau alihkan saja dana riset itu untuk lembaga-lembaga riset yang memang membutuhkan,” pungkasnya.
Obrolan lengkap episode ini bisa diakses di Youtube Ruang Publik KBR Media
- 27 Tahun Reformasi, Demokrasi Mundur, Militer Menguat di Ranah Sipil