Semuanya, bersiaplah. Sepertinya kita akan menonton lagi arena pertarungan berikutnya setelah Pilpres berlalu.
Penulis: KBR
Editor:

Semuanya, bersiaplah. Sepertinya kita akan menonton lagi arena pertarungan berikutnya setelah Pilpres berlalu.
Setelah kekalahan di Pemilu Presiden, kubu Prabowo-Hatta Rajasa bersama Koalisi Merah Putihnya seperti hendak ‘membalas’ kekalahan dengan membentuk Pansus Pemilu. Komisi II DPR beralasan pansus ini akan mengungkap kebenaran sistem Pemilu. Salah satu anggota Komisi bahkan mengklaim bukan tak mungkin hasil kerja Pansus bakal mengubah hasil perolehan suara di Pilpres 2014.
Kini ‘pembalasan’ berlanjut dengan nama RUU Pemilihan Kepala Daerah. Pekan ketiga bulan ini, Paripurna DPR direncanakan bakal mengesahkan RUU ini setelah dibahas selama dua tahun. RUU ini diusung oleh Golkar, Gerindra, PAN, PKS dan PPP yang adalah partai di belakang Koalisi Merah Putih. (Baca juga: RUU Pilkada Disahkan, Hanura Siap ke MK)
Padahal RUU ini akan mengembalikan pemilihan kepala daerah ke tangan DPRD. Tak ada lagi pemilihan langsung di tingkat daerah karena dianggap sebagai suatu bentuk pemborosan juga memicu konflik horisontal di daerah.
Jika masalahnya adalah pemborosan, maka sejatinya Pilkada bisa digelar bersamaan. Selain itu, aturan soal politik uang mesti ditegakkan dengan sanksi yang jelas. Sementara soal konflik, sejatinya tak pernah ada data jelas soal ini. Dan tanggung jawab pemerintah serta parpol lah untuk memastikan konflik horisontal itu tak perlu terjadi.
Mengembalikan proses Pilkada ke tangan DPRD tak ubahnya berjalan mundur ke zaman Orde Baru. Padahal zaman itu sudah dijungkirbalikkan lewat perjuangan bersama bernama Reformasi. Demokrasi mensyaratkan adanya partisipasi publik dan transparansi politik. Menyerahkan proses itu kepada DPRD tak ubahnya berkhianat pada sejarah bangsa. (Baca juga: Sikap Partai Masih Bisa Berubah Soal RUU Pilkada)
Dengan komposisi pengusung di balik Pansus Pemilu dan RUU Pilkada, mau tak mau ini terbaca sebagai upaya balas dendam Koalisi Merah Putih yang kalah di Pemilu Presiden dan MK. Rakyat sudah letih dengan pertarungan macam begini.
Ini saatnya sama-sama bekerja dan melangkah maju, ketimbang terus menerus berkutat pada masa lalu dan kekalahan. Ingatlah kalau suara rakyat itu suara Tuhan. Maka dengarkanlah.