indeks
Panggung Setara: Anak Disabilitas Bersuara, Berkarya, dan Berdaya Bersama NLR Indonesia

NLR Indonesia hadirkan Panggung Setara! 1500+ anak disabilitas bersuara, berkarya, dan berdaya. Kisah inspiratif dan program inklusi mengubah hidup. Bebas stigma!

Penulis: Daryl Arshaq Isbani

Editor: Don Brady

Google News
Panggung Setara: Anak Disabilitas Bersuara, Berkarya, dan Berdaya Bersama NLR Indonesia

KBR, Jakarta - Di sebuah panggung sederhana di Jakarta, tawa dan tepuk tangan bergema ketika anak-anak dan remaja penyandang disabilitas tampil percaya diri. Mereka menari, bernyanyi, hingga menunjukkan karya tangan yang lahir dari proses panjang pendampingan. Semua itu terjadi dalam acara Closing Meeting “Panggung Setara: Bersuara, Berkarya, Berdaya” yang digelar NLR Indonesia bersama mitra, 18–21 Agustus 2025.

Bagi banyak peserta, panggung itu bukan sekadar pertunjukan. Ia adalah simbol—bahwa mereka tidak lagi dipandang sebelah mata, melainkan punya tempat setara untuk berkarya dan bersuara.

Sejak delapan tahun lalu, NLR Indonesia menjalankan berbagai program inklusi:

  • PADI (Prioritaskan Anak Disabilitas Indonesia),
  • KUBIK (Kelompok Usaha dan Bisnis Inklusif),
  • Body Talk, dan
  • program Down Syndrome.

Lebih dari 1.500 anak dan remaja dengan disabilitas maupun yang pernah mengalami kusta telah merasakan dampaknya—mulai dari akses pendidikan yang lebih inklusif, pelatihan kewirausahaan, hingga dukungan kesehatan.

Salah satu penerima manfaat adalah Rani (14), remaja dengan Down Syndrome dari Jawa Tengah. Dulu ia jarang keluar rumah karena takut diejek. Namun melalui kegiatan Body Talk, Rani kini berani berbicara di depan umum. “Rani sekarang bisa tampil, bahkan suka mengajarkan adik-adiknya menari,” cerita ibunya sambil tersenyum haru.

Dukungan dari Berbagai Pihak

Kesuksesan program ini tidak lahir begitu saja. Dari desa hingga kementerian, banyak pihak terlibat.

  • Di tingkat lokal, guru dan tenaga kesehatan mendampingi anak-anak agar berani bermimpi.
  • Di tingkat nasional, lembaga donor dan kementerian memberi ruang agar isu disabilitas masuk dalam agenda pembangunan.

Direktur Eksekutif NLR Indonesia, Agus Wijayanto, menekankan bahwa pencapaian ini adalah hasil kerja kolektif.

“Closing Meeting ini bukanlah akhir, melainkan momentum untuk memastikan anak dan remaja dengan disabilitas terus mendapat ruang, kesempatan, dan dukungan. Mereka bukan objek belas kasihan, melainkan subjek yang mampu berkarya.”, ujarnya.

Acara “Panggung Setara” sendiri menghadirkan dua rangkaian utama:

  1. Pra-Event (BILIK): workshop online mengenai inklusi, kesehatan reproduksi, serta kewirausahaan inklusif.
  2. Main Event: dialog strategis multi-pemangku kepentingan, galeri capaian, serta testimoni inspiratif dari penerima manfaat.

Selain berbagi praktik baik, kegiatan ini juga ditutup dengan penandatanganan komitmen bersama. Mitra lokal, pemerintah, organisasi masyarakat, hingga sektor swasta sepakat melanjutkan keberlanjutan program agar anak-anak disabilitas tetap mendapat dukungan jangka panjang.

Menuju Masyarakat Bebas Stigma

Selama bertahun-tahun, NLR Indonesia bersama Liliane Foundation menggunakan pendekatan Community-Based Rehabilitation (CBR) dan Community-Based Inclusive Development (CBID). Pendekatan ini memastikan bahwa keluarga dan komunitas lokal tidak hanya jadi penerima program, tetapi juga motor penggerak perubahan.

Kini, melalui semangat “Panggung Setara: Bersuara, Berkarya, Berdaya”, NLR Indonesia mengajak semua pihak melanjutkan perjuangan menciptakan masyarakat yang inklusif, adil, dan bebas stigma—agar tidak ada lagi anak yang merasa sendirian karena disabilitas atau riwayat kusta.

Baca juga: Sinyal Iuran BPJS Kesehatan Naik, Masyarakat Terdampak?

#NLRIndonesia
#AnakDisabilitas
#InklusiSosial
#ProgramPADI

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...