KBR, Jakarta - Penderita ganguan jiwa disebut memiliki potensi bunuh diri 10 kali lipat dari masyarakat pada umumnya.
Penulis: Novaeny Wulandari
Editor:
KBR, Jakarta - Penderita ganguan jiwa disebut memiliki potensi bunuh diri 10 kali lipat dari masyarakat pada umumnya.
Untuk itu perlu ada pendekatan, dan pertolongan bagi orang yang beresiko melakukan bunuh diri. Menurut pemerhati kesehatan jiwa Alberrt Maramis, orang yang berpotensi bunuh diri perlu didengarkan keluh kesahnya.
“Misalnya dia mulai berbicara soal bunuh diri, keinginannya untuk mati. Bagaimana kita beraksi terhadap ungkapan semacam itu. Tidak bisa dianggap remeh, tidak bisa juga diabaikan. Jangan bilang, hush jangan ngomong gitu nanti ada setan lewat. Atau belum apa-apa sudah ngomong, jangan ngomong gitu dosa," ujar Albert dalam jumpa pers di Kemenkes pada peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri.
Orang dengan gangguan jiwa akan kesulitan berkomunikasi ketika mendapat jawaban seperti itu. Kata Albert, mereka juga perlu mencurahkan isi hati.
Albert Maramis menambahkan, gejala bunuh diri antara laih perubahan perilaku, membereskan utang dan meminta maaf. Namun angka bunuh diri dapat dicegah dengan cara membuka diri terhadap permasahalan yang dihadapi. Selain itu ia juga meminta media untuk berhati-hati dalam memberitakan kasus bunuh diri. Pasalnya angka bunuh diri makin meningkat ksetelah ada pemberitaan artis yang bunuh diri.
Sebelumnya menurut data WHO dalam setahun 5000 orang di Indonesia meninggal akibat bunuh diri.
Editor: M Irham