KBR68H, Washington - Tidak seperti sebagian besar benua yang beku, Semenanjung Antartika mengalami musim panas dimana es mencair.
Penulis: Eva Mazrieva
Editor:

KBR68H, Washington - Tidak seperti sebagian besar benua yang beku, Semenanjung Antartika mengalami musim panas dimana es mencair. Disinilah, Jessica Royles, mempelajari zona bebas salju ketika lumut menyelimuti kawasan itu. Ia seorang ahli biologi di Cambridge University dan British Antarctic Survey, organisasi yang menyelenggarakan penelitian ilmiah Inggris di Antartika.
“Kami ingin tahu bagaimana tingkat pertumbuhan lumut , bagaimana kondisi pertumbuhan dan populasi mikroba berubah selama 150 tahun di mana lumut ini tumbuh dan berkembang,”katanya.
Untuk menjawab pertanyaan itu, Jessica Royles dan timnya meneliti bagian dasar dari lumut yang diambil dari daerah terpencil dan sebagian besar tidak dapat diakses.
“Apa yang kami temukan adalah lumut mulai tumbuh sekitar tahun 1860. Jadi kira-kira 150 tahun yang lalu . Lumut itu tumbuh dan berkembang selama itu. Tapi sekitar tahun 1960, laju pertumbuhannya meningkat sangat cepat, hingga mencapai antara lima - enam milimeter per tahun,”ungkapnya.
Mikroba-mikroba dalam lumut juga berkembang pesat selama rentang waktu yang sama. Menurut Royles, perubahan ekologi ini disebabkan oleh kenaikan suhu, peningkatan curah hujan dan angin yang kuat.
“Hal ini jelas menunjukkan bahwa baik tanaman dan mikroba jelas-jelas sangat sensitif terhadap perubahan iklim yang terjadi selama 50 tahun belakangan dan dalam kurun waktu itu hamparan lumut ini telah berkembang dan mengalami perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya,”jelasnya.
Lebih jauh ke wilayah utara di Semenanjung Antartika, Royles melanjutkan analisa hamparan lumut yang sudah tumbuh 5.000 tahun lebih.
“Kini, kita dapat menggunakan hamparan lumut sebagai arsip-paleo perubahan terakhir lingkungan dan bagaimana kejadiannya. Pemahaman tentang bagaimana perubahan fisik iklim terjadi dan tanggapan biologis terhadapnya akan menambah pemahaman mengenai sistem iklim bumi,”katanya.
Jessica Royles menambahkan, flora dan fauna kutub yang menyesuaikan dengan suhu yang menghangat ini akan mengubah ekologi dan tampilan Antartika secara fundamental. Studi ini dirilis dalam publikasi Cell Press, Current Biology. (VOA)
Editor: Doddy Rosadi