"Kita bisa belajar dari pernyataan dia soal hilirisasi nikel yang saat ini itu hancur-hancuran."
Penulis: Aura Antari
Editor: Sindu

KBR, Jakarta- Greenpeace Indonesia mengingatkan pemerintah agar tidak mengulangi kesalahan yang terjadi pada proyek nikel dalam mendorong hilirisasi kemenyan. Peringatan tersebut dilontarkan Greenpeace menanggapi pernyataan Wakil Presiden Gibran Rakabuming yang menyuarakan hilirisasi kemenyan.
Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Rio Rompas memberi contoh dalam konteks hilirisasi nikel. Dalam praktiknya, organisasi pecinta lingkungan itu menemukan banyak permasalahan di berbagai daerah.
“Semoga apa yang disampaikan sama Pak Wapres itu betul-betul memahami, bukan hanya pernyataan yang tidak memiliki kajian yang lengkap. Kita bisa belajar dari pernyataan dia soal hilirisasi nikel yang saat ini itu hancur-hancuran," ujar Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Rio Rompas kepada KBR, Jumat (18/7/2025).
Rio mengatakan, dampak hilirisasi terhadap lingkungan besar, termasuk dari sisi sosial. Ada potensi perampasan tanah jika hilirisasi kemenyan dilakukan dengan pendekatan monokultur atau menanam satu jenis tanaman saja dalam skala besar lalu menghancurkan hutan aslinya.
"Dampaknya terhadap lingkungan itu juga makin besar termasuk dampak sosial karena akan terjadi perampasan tanah jika misalnya hilirisasi yang dia maksud adalah tanaman monokultur kebun-kebun kemenyan atau kemudian pohon-pohon kemenyan menjadi monokultur," jelasnya.
Bukan Hanya soal Ekonomi
Rio menjelaskan, hilirisasi kemenyan tidak bisa dilihat sebagai proyek ekonomi biasa. Sebab, hilirisasi adalah proses dari hulu ke hilir yang harus mempertimbangkan siapa yang mendapat manfaat dan apa dampaknya terhadap ekosistem.
"Beberapa temuan kami misalnya yang kami temukan di wilayah Sumatra Utara di wilayah Humpang Hasudutan itu banyak pohon-pohon kemenyan yang memang itu dijaga sama orang-orang masyarakat adat batak di wilayah itu, yang memang sudah lama menjadi sumber penghidupan mereka," ungkapnya.
Namun, Rio mengatakan, banyaknya kawasan kemenyan yang telah dikonversi menjadi area konsesi perusahaan, terutama PT Toba Pulp Lestari (TPL). Akibatnya, pohon kemenyan digantikan dengan tanaman monokultur yang merusak hutan dan mengubah pola bertani masyarakat adat Toba.
"Itu akan mengakibatkan kehancuran hutan kemenyan itu sendiri, termasuk juga cara bertani masyarakat adat Toba. Sehingga pemerintah juga harus memastikan bahwa izin PT TPL itu harus dicabut karena sudah ada demand dari masyarakat. Jadi, itu untuk kelestarian, untuk menjaga hutan tumbuhan kemenyan sendiri termasuk juga untuk mempertahankan ekosistem di Danau Toba," pungkasnya.
Hilirisasi Kemenyan
Sebelumnya, Wakil Presiden Gibran Rakabuming mendorong hilirisasi kemenyan. Alasanya menurut dia, kemenyan menjadi bahan baku parfum merek-merek terkenal, seperti Louis Vuitton.
"Ibu-ibu yang pakai parfum LV, Gucci, dan lain-lain, itu dari kemenyan. Kita jualnya mentah terus. Makanya kita dorong anak-anak muda untuk riset, kita sediakan tempat yang baik untuk riset, alat-alat terkini, hilirisasi," kata Gibran, melalui YouTube Wakil Presiden Republik Indonesia, Rabu, (16/7/2025).
Gibran sempat menggaungkan hilirisasi kemenyan, namun kala itu ia mengaku ditertawakan. Pasalnya, komoditas tersebut kerap kali diasosiasikan dengan praktik perdukunan. Padahal, kemenyan sama berharganya dengan nikel.
"Saya pernah bicara itu masalah hilirisasi kemenyan, banyak yang ketawa, 'Wong kemenyan buat dukun na..na..na'. Salah! Kemenyan itu sama berharganya dengan nikel," tegasnya.

DEN Dorong Hilirisasi Kemenyan
Hal sama juga disuarakan Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Mereka turut mendorong hilirisasi kemenyan untuk memperkuat ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan petani di Sumatra Utara.
“Hilirisasi bukan hanya soal menciptakan nilai tambah dari kekayaan alam, tetapi juga bagaimana manfaat ekonominya bisa mengalir hingga ke desa-desa tempat sumber daya tersebut berasal,” kata Ketua DEN Luhut Binsar Pandjaitan di Jakarta, dikutip dari ANTARA.
Dia menambahkan, kemenyan merupakan komoditas yang sering terabaikan meskipun memiliki nilai besar dan dampak yang nyata bagi masyarakat, khususnya di Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan.
Padahal, kemenyan alami dari Sumatra Utara diklaim yang terbaik di dunia dan sudah diekspor ke banyak negara di Asia dan Eropa.
“Resin dari pohon Styrax benzoin ini dibutuhkan di berbagai industri, seperti parfum, aromaterapi, makanan, hingga farmasi. Namun, harga yang diterima petani masih sangat rendah, padahal ekspor kemenyan kita pada 2024 mencapai 43 ribu ton dengan nilai lebih dari 52 juta dolar AS,” ujarnya.
Ketua DEN juga mengatakan, pentingnya hilirisasi berbasis komunitas. Dengan menggunakan teknologi sederhana seperti distilasi uap, petani dapat menghasilkan minyak kemenyan, resin terstandar, hingga bioaktif siap ekspor.
Atas dasar itu, DEN berencana mulai mengembangkan hilirisasi kemenyan berbasis komunitas.
“Minat dari pelaku usaha dan mitra potensial sudah mulai terbentuk. Namun, yang terpenting adalah kerja sama yang terintegrasi antara lintas kementerian, pemerintah daerah, dan pelaku usaha agar hilirisasi kemenyan dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat setempat,” jelas dia.
Digitalisasi
Luhut juga telah mendiskusikan digital sebaran lahan dan pohon kemenyan bersama Kementerian Kehutanan, Badan Pengelola Kawasan Hutan, bupati Tapanuli Utara, bupati Humbang Hasundutan, serta Forkompimda setempat.
Luhut menjelaskan, hilirisasi kemenyan adalah salah satu contoh konkret upaya untuk memperkuat ekonomi lokal, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga biodiversitas hutan.
Langkah itu juga sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan pentingnya hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
“Jika dikelola dengan tepat, kemenyan bisa menjadi contoh nyata keberhasilan hilirisasi berbasis komunitas. Program ini tidak hanya tumbuh dari desa, tetapi juga memberikan dampak besar bagi dunia,” tuturnya.

Kemenyan
Kemenyan merupakan getah yang dihasilkan dari pohon genus Styrax, yang tumbuh subur di daerah-daerah tertentu di Indonesia, seperti Tapanuli dan sebagian kawasan hutan Sumatra.
Selama ini, persepsi masyarakat terhadap kemenyan lebih banyak dikaitkan praktik ritual atau sesajen. Namun, dalam rantai industri global, kemenyan justru termasuk bahan baku bernilai tinggi, terutama dalam industri wewangian dan farmasi.
Resin pohon kemenyan telah digunakan dalam upacara keagamaan dan produksi parfum. Kemenyan juga bermanfaat sebagai phytomedicine, istilah yang merujuk penggunaan ekstrak tumbuhan untuk tujuan pengobatan
Saat ini, minyak esensial yang berasal dari kemenyan bagian dari komoditas tinggi secara internasional untuk aromaterapi dan wewangian. Kandungan kemenyan juga dapat ditemukan dalam produk perawatan kulit.
Kemenyan telah diperdagangkan sebagai komoditas berharga, karena kandungannya yang bermanfaat untuk pengobatan peradangan, kesehatan mulut, dan infeksi mikroba.
Minyak atsiri yang diekstraksi dari kemenyan dapat dihargai jauh lebih tinggi daripada getah mentahnya. Fakta itu menunjukkan potensi nilai tambah yang besar bila komoditas ini diolah di dalam negeri.
Ribuan ton resin mentah dikirim ke luar negeri, sedangkan berbagai turunan berupa obat-obatan, parfum, kecantikan, dan bahan pangan bernilai jutaan dolar diimpor setiap tahun.
Volume ekspor resin kemenyan mencapai 5.541 kg dengan nilai US$ 96.900, sedangkan impor produk akhir berupa produk kecantikan pada 2019 mencapai US$ 401 juta atau sekitar 6 triliunan rupiah.
Baca juga: