Gen G 2025 resmi ditutup di Bogor. Orang muda Indonesia buktikan aksi nyata menuju keadilan gender, ruang aman, dan masyarakat inklusif.
Penulis: Daryl Arshaq Isbani
Editor: Don Brady

KBR, Jakarta - Lima tahun perjalanan program Generation Gender (Gen G) di Indonesia resmi ditutup dengan penyelenggaraan acara “Showcasing Akhir Program Gen G 2025: Panggung Setara, Bersuara, Berkarya, Berdaya”. Acara yang digelar Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) bersama Koalisi Gen G Indonesia ini berlangsung di Hotel Bigland, Bogor, menghadirkan refleksi, apresiasi, sekaligus komitmen baru dari generasi muda, mitra strategis, dan pengambil kebijakan.
Hadir dalam perhelatan ini berbagai tokoh penting lintas sektor, mulai dari DPR RI, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), KemenPPN/Bappenas, Kementerian Agama, Komnas Perempuan, hingga perwakilan lembaga donor internasional. Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa isu keadilan gender dan penghapusan kekerasan berbasis gender serta seksual (KBGS) kini mendapat perhatian serius di tingkat nasional.
Direktur YGSI, Ely Sawitri, dalam sambutan pembukaan menegaskan makna acara ini:
“Showcasing ini bukan sekadar penutupan program, tetapi perayaan atas keberanian orang muda yang selama lima tahun terakhir mengubah wacana menjadi aksi nyata. Mereka membuktikan bahwa generasi muda tidak hanya bersuara, melainkan benar-benar mampu mengubah arah kebijakan dan membuka ruang aman bagi semua.”
Aspirasi Orang Muda: Dari Wacana ke Aksi Nyata
Salah satu segmen paling ditunggu adalah talkshow “Suara dan Aksi Orang Muda: Bergerak Bersama untuk Indonesia yang Adil Gender dan Bebas Kekerasan”. Di sesi ini, perwakilan generasi muda dari berbagai daerah menyampaikan enam aspirasi utama yang dirumuskan dari pengalaman dan advokasi selama program berjalan:
- Menghapus kekerasan berbasis gender, seksual, serta diskriminasi usia.
- Menjamin akses adil bagi perempuan, anak muda, kelompok rentan, dan penyandang disabilitas terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan partisipasi publik.
- Melibatkan anak muda secara penuh dalam perumusan hingga evaluasi kebijakan.
- Menegakkan hak asasi manusia tanpa diskriminasi apapun.
- Mendorong kepemimpinan publik yang inklusif dan bebas diskriminasi.
- Menempatkan kepemimpinan anak muda di garis depan serta membuka kolaborasi lintas sektor.
Aspirasi ini disambut positif oleh pemerintah. Priyadi Santoso dari KemenPPPA menegaskan bahwa pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak bisa dilakukan satu pihak saja.
“Pekerjaan besar ini tidak akan pernah berhasil jika dilakukan sendiri. KemenPPPA berkomitmen berkolaborasi dengan generasi muda untuk bersama-sama menuntaskan persoalan ini,” tegasnya.
Sementara itu, Debi Agusfriansa dari DPR RI menambahkan bahwa kolaborasi nyata dengan anak muda adalah kunci keberhasilan.
“Komisi VIII DPR RI membuka ruang kolaborasi seluas-luasnya untuk penanganan kasus kekerasan seksual. Tidak berhenti pada wacana di balik meja, melainkan harus diimplementasikan langsung di tengah masyarakat,” ujarnya.
Selain talkshow, rangkaian acara menghadirkan sesi berbagi praktik baik mitra Gen G, diskusi tentang bantuan hukum berbasis gender, serta seminar nasional bertajuk “Peran Ulama Perempuan dalam Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Keagamaan”.
Dalam seminar tersebut, diluncurkan pula buku “Kumpulan Ayat dan Hadis untuk Keluarga Maslahah”, sebuah inisiatif Rahima bersama para ulama perempuan untuk memperkuat perspektif keadilan gender di lembaga pendidikan Islam, termasuk pesantren.
Direktur PD. Pontren Kemenag, Basnang Said, memberikan apresiasi khusus kepada para ulama perempuan muda.
“Kementerian Agama berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan Rahima agar kerja-kerja perlindungan dapat berjalan efektif, sehingga pesantren benar-benar menjadi ruang aman bagi tumbuh kembang anak sekaligus masa depan bangsa,” tegasnya.
Capaian Nyata Selama Lima Tahun
Sejak dimulai pada 2021, program Gen G diimplementasikan oleh YGSI bersama mitra Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), LBH APIK Jakarta, Rahima, serta Organisasi Orang Muda Gen G (OMG). Selama lima tahun, Gen G berfokus pada pemberdayaan pemuda usia 18–30 tahun di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Palu.
Beberapa capaian penting yang berhasil didorong di antaranya:
- Tingkat nasional: kontribusi dalam pengesahan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS), dukungan revisi UU ITE, serta advokasi RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT).
- Tingkat daerah: lahirnya Perda Jawa Barat No. 3/2023 tentang Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan, serta Peraturan Wali Kota Palu tentang pencegahan perkawinan anak.
- Gerakan sosial: kampanye publik yang menjangkau jutaan orang melalui media sosial, dialog publik, dan kegiatan komunitas.
Nani Vindanita, Program Manager Gen G, menyampaikan rasa bangga atas pencapaian bersama ini.
“Lima tahun terakhir menunjukkan bagaimana orang muda dapat mendorong kebijakan, memperkuat kapasitas ribuan pemuda, dan menjangkau jutaan masyarakat melalui kampanye. Meski program berakhir, gerakan ini akan terus hidup.”, ujar Nani.
Penutupan program Gen G 2025 ditutup dengan penandatanganan komitmen bersama antar pemangku kepentingan untuk memastikan agenda keadilan gender tetap berlanjut. Ely Sawitri menegaskan kembali bahwa perjalanan ini baru permulaan.
“Berakhirnya program ini bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari gerakan yang lebih luas. Kolaborasi lintas sektor yang telah terbangun adalah kekuatan nyata untuk memastikan agenda keadilan gender terus mendapat tempat dalam kebijakan publik.”, ujar Ely.
Dengan semangat “Panggung Setara: Bersuara, Berkarya, Berdaya”, Gen G 2025 membuktikan bahwa orang muda Indonesia adalah aktor perubahan yang siap memimpin bangsa menuju masyarakat yang inklusif, adil, dan bebas dari segala bentuk kekerasan.
Baca juga: Deteksi Kanker Limfoma Lewat Teknologi Terkini, Kenali dan Waspadai Gejalanya