gelombang tinggi diperkirakan masih akan terjadi pada 6-9 Februari 2025
Penulis: Adhar Muttaqin
Editor: Muthia Kusuma

KBR, Tulungagung– Cuaca buruk yang melanda kawasan Pelabuhan Perikanan Popoh, Tulungagung, dalam lima hari terakhir menyebabkan ratusan nelayan memilih berhenti melaut. Kondisi ini dipicu oleh gelombang tinggi dan angin kencang, yang dianggap berbahaya bagi aktivitas pelayaran.
Salah seorang nelayan, Jumalianto mengatakan, saat ini gelombang di tengah laut berkisar antara 1 hingga 3 meter, dengan kecepatan angin di atas rata-rata. Menurutnya, hanya sebagian kecil nelayan yang masih berani melaut, dan itu pun mayoritas berasal dari kalangan pemancing.
"Cuacanya buruk, kondisinya angin kencang dan gelombang besar. Saat ini mau nggak mau nelayan ya berhenti. Nggak semua, cuma sebagian kecil yang berani melaut karena gelombangnya besar, rata-rata pemancing. Pemancing itu 2 sampai 4 mil yang paling jauh. Ketinggian ombak 1 sampai 2 meter agak tepi sini, kalau tengah di 10 sampai 15 mil 2-3 meter," ujar Jumalianto, Kamis (6/2/2025).
Selain nelayan lokal, sejumlah kapal tangkap bertonase besar dari wilayah Pekalongan juga bersandar di Pantai Popoh untuk berlindung, hingga cuaca kembali membaik. Para nelayan berharap kondisi ini tidak berlangsung lama, mengingat mereka sangat bergantung pada hasil tangkapan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tanjung Perak Surabaya, gelombang tinggi diperkirakan masih akan terjadi pada 6-9 Februari 2025. Fenomena ini disebabkan oleh Siklon Tropis Taliah yang berada di Samudra Hindia, yang memengaruhi pola angin dan tinggi gelombang di wilayah pesisir selatan Jawa.
Baca juga:
- Nelayan di Rembang Tuntut Petugas Perizinan Kapal Diganti karena Pungli
- Izin Melaut Sulit, Nelayan Rembang Protes