"Kita mencegah tindak kekerasan yang ada di pondok pesantren dan semua lembaga pendidikan, yang bisa kami lakukan mencegah adanya tindak kekerasan,"
Penulis: Anindya Putri
Editor: Rony Sitanggang

KBR, Semarang- Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengklaim terus melakukan sosialisasi pencegahan kekerasan seksual di lingkungan pendidikan. Kepala Disdikbud Jateng, Uswatun Hasanah menyebut kasus kekerasan di lingkungan pendidikan cukup tinggi baik dari sekolah hingga pesantren.
"Kekerasan itu tidak dapat dihitung secara kwantitatif karena disinyalir ada kekerasan yang tidak terangkat. Upaya kita mencegah tindak kekerasan yang ada di pondok pesantren dan semua lembaga pendidikan, yang bisa kami lakukan mencegah adanya tindak kekerasan," ungkap Uswatun, Jumat (25/09/24).
Uswatun mengatakan, antisipasi serta edukasi tidak dapat bisa sepenuhnya diserahkan kepada sekolah. Namun, diperlukan kerjasama dengan sejumlah pihak dari orang tua murid, lembaga perempuan hingga aparat kepolisian.
"Diperlukan kerjasama dari berbagai elemen tidak bisa diserahkan ke sekolah saja," katanya.
Uswatun mengklaim, sejumlah sekolah telah membentuk tim pencegahan pencegahan kekerasan (TPPK) untuk kerjasama menangani kekerasan seksual.
Baca juga:
- Kekerasan Seksual di Panti Asuhan Kota Tangerang, Satu Tersangka Buron
- KPAI: Kasus Pelecehan Seksual Anak Marak, Sisi Pengawasan Terbukti Lemah
Kepala Disdikbud Jateng, Uswatun Hasanah melanjutkan, di SMAN 1 Sragen, bahkan terdapat agen perubahan untuk penanggulangan kekerasan seksual.
"Agen perubahan inisiasi pendekatan sesama teman, bagaimana anak mencegah 6 jenis kekerasan di sekolah, dari teman dekat lebih didengarkan dibanding guru, jadi pesan sampai mereka," jelasnya.
Uswatun berharap, adanya agen perubahan mampu meminimalisir kasus kekerasan seksual di lingkup sekolah.
"Semoga agen perubahan juga ada di sekolah lain atau pesantren," imbuhnya.