Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah dan Balai Arkeologi Yogyakarta belum melanjutkan penggalian temuan bangunan kuno bawah tanah di selatan Pasujudan Sunan Bonang Lasem, Rembang.
Penulis: Radio R2B Rembang
Editor:
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah dan Balai Arkeologi Yogyakarta belum melanjutkan penggalian temuan bangunan kuno bawah tanah di selatan Pasujudan Sunan Bonang Lasem, Rembang.
Sebagian warga menyakini bangunan itu bekas tembok kerajaan. Ketua Masyarakat Sejarahwan Indonesia (MSI), yang juga Kepala Kantor Perpustakaan Dan Pusat Data Elektronik Rembang, Edi Winarno mengatakan, eskavasi atau penggalian menjadi sangat penting untuk memastikan wujud bangunan.
Jika melihat ukuran batu bata yang cukup besar dibandingkan batu bata sekarang, Edi memperkirakan peninggalan itu dari masa peralihan kerajaan Hindu ke Islam tahun 1450 Masehi. Edi mendesak supaya dinas terkait segera turun tangan, karena Pemkab Rembang bersama MSI sudah lama melaporkan temuan di Bonang.
Seorang pegawai Balai Arkeologi Yogyakarta, Gunadi mengaku sempat melihat temuan batu bata, selatan Pasujudan Sunan Bonang. Soal biaya penggalian, menurut Gunadi, tak menjadi halangan berarti, asalkan sudah masuk dalam rencana program. Ia mencontohkan saat penyelamatan tulang manusia penutur bahasa di pinggir pantai desa Leran Kec. Sluke, selama 10 hingga 12 hari, butuh anggaran sekira Rp 50 juta. Kenyataannya berjalan lancar, karena memang sejak awal menjadi skala prioritas.
Sebelumnya, Sumarsono, warga desa Bonang menemukan tumpukan batu bata kuno, ketika akan menggali sumur untuk mengairi kebun pepaya, pada Oktober 2011 silam.
Dinbudparpora kabupaten Rembang melarang penggalian dilanjutkan, lantaran harus menunggu penanganan instansi terkait.
Sumarsono semakin penasaran, menurutnya Bonang menyimpan banyak peninggalan berharga. Terbukti tahun 2004 lalu, warga juga pernah menemukan patung Budha berlapis emas di makam Selaban Bonang, tak jauh dari lokasi temuan tumpukan batu bata.
Sumber: radio R2B Rembang