indeks
BNPB: Mitigasi Bencana Harus Berbasis Tata Ruang

Selain itu, kata Abdul, perlunya penguatan-penguatan lereng, dan penguatan bangunan di lereng-lereng, untuk meminimalkan dampak bencana longsor.

Penulis: Astri Yuanasari

Editor:

Google News
Mitigasi Bencana
Bencana tanah bergerak di Kampung Cigombong, Desa Cibedug, Bandung Barat, Jawa Barat (19/2/2024). (Foto: ANTARA/Novrian Arbi)


KBR, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan pentingnya mitigasi bencana berbasis tata ruang atau ekosistem.

Juru bicara BNPB Abdul Muhari mengatakan, pemerintah daerah harus melihat kondisi ekosistem sebelum memberikan perizinan pembangunan terutama di daerah lereng rawan longsor.

"Apakah daya dukung daya tampung lingkungan kita benar-benar mampu atau kawasan ini apakah benar-benar suitable atau cocok untuk kawasan pemukiman. Kalau misalkan perlu penguatan revitalisasi ekosistem, revitalisasi daerah tangkapan air ini harus benar-benar dijalankan. Dan ini sebenarnya ada dalam dokumen amdal atau dokumen analisis risiko bencana seharusnya yang sudah dibuat oleh pemerintah daerah atau pengembang," kata Abdul dalam Disaster Briefing BNPB, Senin (4/3/2024).

Selain itu, kata Abdul, perlunya penguatan-penguatan lereng, dan penguatan bangunan di lereng-lereng, untuk meminimalkan dampak bencana longsor.

BNPB mencatat, dalam sepekan terakhir terjadi 44 bencana, yakni 27 kejadian banjir, 6 kejadian cuaca ekstrem, 6 kejadian tanah longsor, 4 kejadian karhutla, dan satu kejadian kekeringan. Kejadian bencana ini menyebabkan 9 orang meninggal, 3 orang hilang dan lebih dari 57 ribu orang terdampak dan mengungsi.

Tanah Bergerak dan Relokasi

Sementara itu, BNPB akan segera berkoordinasi dengan Badan Geologi guna menentukan mitigasi bencana tanah bergerak di Kampung Cigombong, Desa Cibedug, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Abdul menjelaskan, satu-satunya mitigasi yang harus segera dilakukan adalah merelokasi masyarakat.

"Kita akan bersama-sama mengkaji situasi ini dari sisi geologi dengan PVMBG, berapa banyak masyarakat yang harus kita relokasi. Karena kalau kondisi seperti ini tidak ada mitigasi strukturnya. Tidak bisa dengan menanam pohon, menanam (rumput) vetiver, dan tidak bisa juga dengan memperkuat struktur tanah di lereng. Karena tanahnya sudah merekah dan cukup labil," ujar Abdul.

Abdul menambahkan, bencana tanah bergerak di Bandung Barat mengakibakan 150-an warga atau 47 kepala keluarga hingga kini masih mengungsi.

Baca juga:

- 38 Bencana Terjadi dalam Sepekan

- Puting Beliung Menyebabkan 493 Unit Rumah Rusak di Kabupaten Bandung

Sebelumnya, 19 Februari lalu, bencana tanah bergerak terjadi di Kampung Cigombong, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Bencana ini mengakibatkan bangunan SD Negeri Babakan Talang 1 ambruk. Selain itu, lebih dari 30 rumah rumah warga bergeser dan mengalami kerusakan.

Editor: Fadli

BNPB
Longsor
Tanah Bergerak

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...