KBR, Mataram - Jemaat Ahmadiyah yang mengungsi di Asrama Transito, Kota Mataram mengaku kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah seorang Warga Jemaat Ahmadiyah, Sahidin mengaku terpaksa bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehar-sehari
Penulis: Turmuzi
Editor:

KBR, Mataram - Jemaat Ahmadiyah yang mengungsi di Asrama Transito, Kota Mataram mengaku kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah seorang Warga Jemaat Ahmadiyah, Sahidin mengaku terpaksa bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehar-sehari dan biaya sekolah anaknya.
Kata dia, selama delapan tahun mengungsi, bantuan pemerintah hingga kini belum pernah diberikan. Padahal, lahan dan sawah miliknya yang menjadi sumber mata pencarian di Desa Ketapang, Lombok Barat tidak bisa digarap.
“padahal kita ini sama-sama warga negara, beras raskin misalnya tidak pernah dapat, yang kami dapat hanya kemiskinan, terus kompor gas, itu merupakan program pemerintah, tapi yang kami dapat hanya apinya saja. Kemudian ada bantuan lansung tunai (BLT), termasuk Bantuan Lansung Sementara Masyarakat (BLSM), yang kami dapat hanya panasnya saja” kata Sahidin, di asrama transito Kota Mataram, Minggu (29/6).
Salah seorang Warga Jemaat Ahmadiyah, Sahidin menambahkan, pada 2006 - 2007 lalu, Pemerintah melalui Dinas Sosial sempat memberikan bantuan berupa bahan-bahan kebutuhan pokok. Namun, pada 2008 pemerintah tidak lagi mengirimkan bantuan.
Sebelumnya, warga Ahmadiyah Transito terpaksa harus meninggalkan rumah mereka sejak Februari 2006 silam. Mereka hidup di pengungsian setelah rumah mereka dirusak massa intoleran. Sahidin sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama istri dan dua orang anaknya, hanya berprofesi sebagai tukang ojek, dengan penghasilan setiap harinya hanya Rp 30 ribu.
"Uang senilai Rp 30.000 belum termasuk untuk membiayai sekolah anak saya, jelas tidak cukup, tapi mau bagaimana lagi," jelas dia.
Editor: Pebriansyah Ariefana