indeks
(CEK FAKTA Debat) Prabowo Klaim Indonesia kekurangan 140 Ribu Dokter, Benarkah Sebanyak Itu?

Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto mengklaim Indonesia kekurangan 140.000 dokter.

Penulis: KBR

Editor:

Google News
(CEK FAKTA Debat) Prabowo Klaim Indonesia kekurangan 140 Ribu Dokter, Benarkah Sebanyak Itu?
Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto. (Foto: ANTARA/Asprilla Dwi Adha)

KBR, Jakarta - Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto mengklaim Indonesia kekurangan 140.000 dokter. Prabowo berjanji mengatasi masalah itu dengan cara menambah fakultas kedokteran di tanah air, jika terpilih sebagai presiden.

"Kita kekurangan 140.000 dokter dan itu akan segera kita atasi dengan cara kita akan menambah fakultas Kedokteran di Indonesia. Dari yang sekarang 92, kita akan membangun 300 fakultas kedokteran dan mengirim 10.000 anak-anak pinter dan kita kirim beasiswa ke luar negeri untuk belajar kedokteran dan 10.000 lagi untuk belajar sciece, teknologi dan fisika. Kita rebut teknologi dan science," kata Prabowo dalam Debat Kelima Capres Pemilu 2024 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Minggu (4/2/2024).

Verifikasi:

Menurut jurnal yang diterbitkan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada tahun 2023 total jumlah dokter di Indonesia sebanyak 214.878 dokter, yang didominasi oleh dokter umum sebanyak 165.453 dokter, dan disusul oleh dokter spesialis sebanyak 49.425, jumlah dokter gigi sebanyak 41.940 dokter, dan dokter gigi spesialis sebanyak 5.201 dokter. 

Menurut data tersebut, permasalahan mendasar, menurut rasio penduduk, terkait dengan kondisi geografis dan demografis karena Indonesia adalah negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau dan lebih dari 280 juta penduduk. 

Sementara itu, rasio jumlah dokter dan jumlah penduduk adalah 1:1.333, rasio dokter umum dan jumlah penduduk adalah 1:1.706, dan rasio dokter spesialis dan jumlah penduduk adalah 1:6.102. Jika rasio 1:1.000 dianggap sebagai jumlah yang ideal, maka Indonesia membutuhkan lebih banyak dokter.

Jumlah dokter di Indonesia  masih jauh dari standar yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO). Jumlah ideal dokter yang dimiliki oleh suatu negara jika merujuk pada standar WHO adalah 1:1000 (1 dokter per 1.000 penduduk). Sementara di Indonesia sendiri masih menempati perbandingan 0,47 dokter per 1.000 penduduk.

Sementara itu, menurut Associate Professor, Data Science Program Monash University Indonesia & Co-director Monash Data and Democracy Research Hub, Derry Wijaya menyatakan Indonesia masih menghadapi kekurangan dokter, termasuk spesialis medis. 

"Indonesia pada 2023 mempunyai 214,878 dokter. Menurut WHO diperlukan 1 dokter per 1000 orang . Dari itu, berarti Indonesia membutuhkan 273,800 dokter. Berarti masih kurang 88,681 dokter dari jumlah dokter yang tersedia (termasuk general practice dan spesialis). Untuk dokter spesialis sendiri, pada tahun 2023, terdapat 51.949 spesialis medis yang tersedia, namun rasio targetnya adalah 0,28:1.000. Ini menunjukkan kekurangan sekitar 30.000 spesialis medis. Kekurangan ini merupakan tantangan signifikan bagi sistem kesehatan negara," kata Derry, Minggu (04/02/24).

Senior Research Associate Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG), Klara Esti menyatakan, berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 1 April 2022 jumlah dokter dan dokter spesialis di rumah sakit seluruh Indonesia sebanyak 122.023 orang dan kekurangan sebesar 8.182 orang dokter

"Pada tahun 2023, Kementerian Kesehatan menyatakan Indonesia kekurangan 31.481 dokter spesialis. Namun, jika memperhatikan rasio standar WHO yang minimalnya adalah 1 dokter per 1.000 penduduk, angka kekurangan dokter yang disampaikan Kemenkes ini jelas belum memenuhi rasio standar WHO," kata  Klara Minggu (04/02/24).

Dosen Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi FK-KMK Universitas Gadjah Mada, Anis Fuad mengatakan klaim Prabowo bahwa Indonesia masih kekurangan dokter benar, khususnya spesialis. 

Tetapi yang lebih penting, menurutnya, adalah distribusi dokter yang lebih merata. Sebab di sejumlah puskesmas di daerah terpencil masih ada yang tidak dilengkapi dengan dokter.

"Pembukaan fakultas kedokteran baru diperlukan, namun yang perlu dipastikan adalah distribusi, kualitas program studi beserta dengan infrastruktur pendidikan termasuk jejaring rumah sakit pendidikan serta akses bagi mahasiswa terutama dari daerah yang masih kekurangan dokter," kata Anis Minggu (04/02/24).

Dosen Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta Dina Listiorini menyoroti tak hanya jumlah yang harus diperhatikan, namun juga pemerataan dokter. Sebab kata dia masih banyak dokter yang terpusat di Jawa.

"Dan masih kurang di daerah Indonesia timur. Hal ini berdampak pada perkembanagn industi kesehatan dan berdampak pada produksi obat. Contohnya di Indonesia Timur, di Papua ada persoalan terkait kelangkaan dokter dan obat sehingga pasien meninggal," kata Dina, Minggu (4/2/24).

Baca juga:

--

Referensi

Disklaimer

Artikel ini merupakan hasil kolaborasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (MAFINDO), Cekfakta.com bersama 18 media dan tim panel ahli di Indonesia.

Prabowo-Gibran
debat
#kabar pemilu KBR
Debat Pilpres 2024
#pemilu2024
Pemilu 2024
#PemiluDamaiTanpaHoaks
Prabowo Subianto

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...