RAGAM

Remaja Dengan Disabilitas Masih Alami Diskriminasi

Penyerahan Cinderamata NLR kepada Cahya Budi Hermanto, JF Perencana Ahli Muda, Kementerian PPPA di gedung KPPPA, Jakarta.

DIPERSEMBAHKAN OLEH NLR Indonesia / Debora Tanya & Iqbal Ramadhan

Remaja Dengan Disabilitas Masih Alami Diskriminasi
Belasan Anak dan Remaja Disabilitas dan OYPMK Sambangi KPPPA.

KBR, Jakarta – Belasan anak remaja berkebutuhan khusus difasilitasi Yayasan NLR Indonesia untuk mengunjungi Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Republik Indonesia di Jakarta, Jumat 24 November 2023. Mereka menyampaikan keprihatinan terkait diskriminasi dan stigma yang mereka alami baik di sekolah, ruang public dan pasar tenaga kerja. Selain itu, mereka ingin dilibatkan dalam Forum Anak Nasional dampingan KemenPPPA.

Cahya Budi Hermanto, JF Perencana Ahli Muda Kementerian PPPA berkesempatan menerima 15 anak berkebutuhan khusus atau dengan disabilitas yang berasal dari 7 propinsi di Indonesia. Dalam pertemuan ini, kelompok remaja ini menyampaikan melakukan tanya jawab dengan pejabat KemenPPPA.

Kelompok remaja yang menyebut diri sebagai Youth Stars ingin mengetahui prosedur pelaporan dan pengaduan terkait kasus diskriminasi pada penyandang disabilitas dan orang yang pernah mengalami kusta, dan bagaimana KemenPPPA menanggapi laporan tersebut. Selain itu, mereka bagaimana remaja tuli dapat melaporkan pengaduannya selain melalui telpon.

red
Penyerahan Cinderamata NLR kepada Cahya Budi Hermanto, JF Perencana Ahli Muda, Kementerian PPPA di gedung KPPPA, Jakarta.

Youth Stars juga menyampaikan keinginannya untuk bisa terlibat dalam kelompok atau forum yang lebih besar agar suara mereka juga didengar. Remaja berkebutuhan khusus ingin terlibat dalam kegiatan-kegiatan Forum Anak Nasional.

“Kami berharap anak remaja dengan disabilitas juga dapat diterima dan diberi kesempatan terlibat dalam kegiatan anak-anak Indonesia tanpa terkecuali. Dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dapat membantu merealisasikan impian kami,” ungkap Ana, remaja perempuan tuna netra asal Jakarta.

Youth Stars juga meminta pemerintah dan dinas terkait di daerah agar memperhatikan kesejahteraan anak remaja berkebutuhan khusus. Mereka melihat kurangnya perhatian pemerintah di bidang pendidikan inklusif dan tidak diskriminatif.

“Masih sedikit anak berkebutuhan khusus yang diterima di sekolah reguler. Kalaupun ada, saya sebagai tuna netra pernah disuruh tinggal di ruang kelas. Saya tidak dilibatkan dalam kegiatan olah raga atau menari, padahal kan saya bisa dilatih menari juga,” tambah Ana.

Seorang anggota Youth Stars, Eko asal Jawa Tengah juga menyayangkan sulitnya mengakses pekerjaan formal. Selain minimnya akses ke pasar tenaga kerja, ada banyak persyaratan yang sulit dipenuhi oleh pelamar berkebutuhan khusus seperti dirinya.

Para remaja ini merupakan bagian dari 1.188 anak-anak dampingan dari 16 mitra lokal dari Yayasan NLR Indonesia dalam Proyek “Prioritaskan Anak dengan Disabilitas Indonesia” (PADI). Para youth stars ini berasal dari 7 propinsi (Sumatra Utara, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Maluku dan Nusa Tenggara Timur).

Mereka memiliki disabilitas beragam yaitu netra, tuli, daksa, dan anak yang pernah mengalami kusta.

Kunjungan ke KemenPPPA merupakan rangkaian kegiatan bertajuk “Anak Remaja dengan Disabilitas” selama 4 hari (21-24 November 2023) di kota Tangerang. 15 remaja berkebutuhan khusus ini belajar mengenali diri dan potensi diri mereka. Mereka mengasah keterampilan komunikasi, public speaking dan menganalisa masalah.

Beberapa masalah yang mereka identifikasi adalah sekolah reguler yang belum menerima anak berkebutuhan khusus, minimnya kapasitas pengajar bagi anak berkebutuhan khusus, bullying oleh teman sekolah, dan minimnya kesempatan kerja bagi orang muda berkebutuhan khusus.

Baca juga: SUKA Goes To Campus Ternate: Aksi Nyata Mahasiswa untuk Kusta - kbr.id

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!