RAGAM

ADV

Pulau Pari Abrasi, DMC Dompet Dhuafa Sarankan Warga Kelola Penanaman Mangrove untuk Wisatawan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran seluruh masyarakat, baik warga Pulau Pari dan wisatawan yang berkunjung agar peduli terhadap dampak perubahan iklim yang terjadi.

DIPERSEMBAHKAN OLEH Dompet Dhuafa / Astri Yuanasari

EDITOR / Agus Luqman

Pulau Pari Abrasi, DMC Dompet Dhuafa Sarankan Warga Kelola Penanaman Mangrove untuk Wisatawan
Ketua Kelompok Perempuan Pulau Pari, Asmania. (Foto: DMC Dompet Dhuafa dan Walhi).

KBR, Pulau Pari - Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa dan Organisasi lingkungan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengajak masyarakat Pulau Pari dan mahasiswa untuk melakukan penanaman 1.000 mangrove di Pantai Rengge, yang berada di ujung Timur Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (8/7).

Deputi Direktur 1 Program Sosial Budaya Dompet Dhuafa, Juperta Panji Utama mengatakan, penanaman mangrove ini adalah langkah pertama dalam kolaborasi DMC Dompet Dhuafa dan Walhi.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran seluruh masyarakat, baik warga Pulau Pari dan wisatawan yang berkunjung agar peduli terhadap dampak perubahan iklim yang terjadi, utamanya di pulau-pulau pesisir Utara Jawa.

Panji juga berharap ada keterlibatan publik khususnya wisatawan yang berlibur ke Pulau Pari untuk memberi dukungan dalam menjaga kelestarian dan keindahan dengan tidak membuang sampah sembarangan, atau ikut berdonasi bersama melalui DMC Dompet Dhuafa, Walhi, dan Masyarakat, untuk memperbanyak penanaman Mangrove agar bisa mengurangi dampak dari abrasi atau banjir Rob.

"Menggerakkan masyarakat 10 itu lebih bagus daripada berjuang sendirian, gimana caranya kalau kita bisa mampu menggerakkan 1000 orang. Di sini ada 450 KK kalau masing-masing suami istri jadi 900 tambah anak 3 jadi kalau 2000 bayangkan 2000 kalau melakukan. Jadi hitungan kita, kita masih punya kekuatan itu," kata Panji dalam acara penandatanganan Mou DMC Dompet Dhuafa dan Walhi dalam kerja sama perlindungan, pemulihan dan pelestarian pesisir serta pulau kecil di seluruh wilayah Indonesia, di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (8/7/2024).

red
Foto bersama DMC Dompet Dhuafa, Walhi, relawan, dan masyarakat Pulau Pari. (Foto: DMC Dompet Dhuafa dan Walhi).

Pulau Pari merupakan salah pulau kecil di Kepulauan Seribu yang luasnya tidak lebih dari 42 hektar. Pulau ini dihuni oleh lebih dari 400 keluarga yang rata-rata bekerja sebagai nelayan dan atau pegiat pariwisata.

Sejak lama, Pulau Pari telah terdampak oleh krisis iklim. Pulau Pari semakin sering dihantam banjir rob, kenaikan air laut, cuaca ekstrim, serta tingginya gelombang. Semuanya telah memperburuk kehidupan sosial ekonomi masyarakat Pulau Pari.

Walhi bersama HEKS (sebuah lembaga yang berada di Zurich, Swiss) telah mengkalkulasi hilangnya luasan Pulau Pari sebesar 11 persen, atau seluas 4,6 hektar. Sebelumnya, Pulau Pari tercatat seluas 42 hektar. Namun kini hanya tinggal persen 41,4 hektar.

Dampak lainnya dari krisis iklim di Pulau Pari adalah hilangnya hasil tangkapan ikan secara drastis, dimana laut saat ini sudah tidak lagi bersahabat. Nelayan telah kehilangan tangkapan lebih dari 70 persen jika dibandingkan dengan sebelum terdampak krisis iklim.

Krisis iklim juga memicu banyak jenis ikan laut, di antaranya ikan kerapu dan ikan cakalang, yang sulit ditemukan karena temperatur laut yang semakin menghangat. Lebih jauh, krisis iklim telah menyebabkan banjir rob semakin sering terjadi di Pulau Pari. Akibatnya, banyak wisatawan yang membatalkan kunjungan wisatanya.

Ketua Kelompok Perempuan Pulau Pari, Asmania mengatakan, saat ini warga Pulau Pari sudah mengalami dampak krisis iklim yang sangat parah.

Menurutnya, krisis iklim telah mengakibatkan abrasi di Pantai Rengge kian memburuk, luasan pantai berkurang karena abrasi, dan pohon-pohon di pinggir pantai tumbang.

"Dulu kita pengen ada pasir putih aja, kita sampai ngangkutin dari lautnya. Ibu-ibu semua ngangkutin. Tapi sekarang pasir putih semua yang ada. Ada kesedihan ketika melihat situasi kayak gini. Mungkin ini masih tetap kayak gini. Kami tidak tahu 10 atau 15 tahun lagi ini masih ada enggaknya," kata Asmania.

Asmania menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan yang terus mengalir dari banyak pihak, termasuk Walhi dan DMC Dompet Dhuafa.

"Untuk kegiatan ini, saya sebagai ketua kelompok mohon maaf atas kekurangan kami. Semua yang kami lakukan disini, semua yang kami perjuangkan disini bukan hanya untuk kami, tapi untuk anak cucu generasi kami berikutnya. Kami hanya ingin hidup tenang dan damai di Pulau Pari," kata Asmania.

"Karena kami sudah sejahtera dengan laut kami. Dan berharap laut serta daratan kami akan baik-baik saja. Terima kasih lagi sekali lagi," pungkasnya.

Penanaman 1.000 mangrove di Pulau Pari ini hanya sebagai langkah awal kerja sama yang dijalin Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi).

Baca juga:

Kegiatan ini masuk dalam rangkaian agenda perlindungan, pemulihan dan pelestarian pesisir serta pulau kecil di seluruh wilayah Indonesia, yang dimulai dari Pulau Pari, Jakarta, dan akan berlanjut ke pesisir utara Pulau Jawa, serta akan diteruskan ke provinsi lain di Indonesia.

Kerja sama ini dibangun dalam rangka menginisiasi gerakan kolaborasi untuk menguatkan serta mendukung penguatan kampanye advokasi lingkungan hidup guna mendapatkan dukungan publik seluas-luasnya.

Adapun isu kunci yang menjadi arus utama dalam kerja sama ini adalah perlindungan dan pemulihan lingkungan hidup, khususnya di pesisir-pulau kecil; mitigasi dan adaptasi krisis iklim; dan konservasi alam di wilayah Indonesia.

red
Bibit mangrove yang ditanam di Pulau Pari. (Foto: DMC Dompet Dhuafa dan Walhi).

Informasi lebih lanjut:

  • Parid Ridwanuddin, Manajer Kampanye Pesisir, Laut, dan Pulau Kecil, Eksekutif Nasional WALHI, di nomor 0812-3745-4623
  • Ahmad Baihaqi, Manajer Kesiapsiagaan dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim, Disaster Management Centre Dompet Dhuafa, di nomor 0821-1280-3131

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!