RAGAM
Peringatan Hari Kusta Sedunia 2024
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menduduki peringkat 3 penyakit kusta terbanyak di dunia. Yuk bersama-sama kita wujudkan Indonesia bebas kusta.
DIPERSEMBAHKAN OLEH NLR Indonesia / Iqbal Rizqy Ramadhan
KBR, Jakarta - Hari Kusta Sedunia atau World Leprosy Day (WLD), diperingati setiap tahun pada minggu terakhir bulan Januari, dan tahun ini bertepatan dengan tanggal 28 Januari 2024.
Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit kusta serta menjadi momen yang tepat untuk menggaungkan diakhirinya stigma dan diskriminasi kepada para pasien kusta dan Orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK).
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menduduki peringkat 3 penyakit kusta terbanyak di dunia setelah India dan Brasil.
Penting untuk terus menyuarakan kampanye edukasi yang mencakup aspek medis, sosial, hingga pengalaman OYPMK yang telah pulih, dengan memberikan wawasan terkait kusta yang benar dan komprehensif, kita dapat mengubah persepsi negatif menjadi dukungan dan pengertian.
Selain itu, diperlukan langkah-langkah konkret untuk melibatkan OYPMK dalam kegiatan social, ekonomi hingga menjadi bagian dalam pengambil kebijakan. Lalu, bagaimana kebijakan yang sudah dilakukan untuk Indonesia bebas dari Kusta?
Pada Selasa, 30 Januari 2024 telah dilaksanakan talkshow Ruang Publik KBR persembahan NLR Indonesia dengan topik pembahasan “Peringatan Hari Kusta Sedunia 2024” untuk dapat menginformasikan tentang bagaimana kebijakan yang sudah dilakukan untuk Indonesia bebas dari kusta.
Serta, melihat langkah-langkah konkret untuk melibatkan OYPMK dalam kegiatan sosial, ekonomi hingga menjadi bagian dalam pengambil kebijakan.
Agus Wijayanto MMID sebagai Direktur Eksekutif NLR Indonesia, menyampaikan peranan NLR Indonesia dalam mendukung Indonesia bebas dari kusta.
“Kami punya rencana program yang berupaya mendorong kebijakan di berbagai tingkat dan berkontribusi penuh dalam memberikan mengakses kehidupan yang lebih baik, mendapatkan hak-haknya, mendapatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari masyarakat tanpa ter stigma.” ujarnya.
“Kita juga perlu berupaya bersama-sama untuk mengidentifikasi serta menemukan kasus secara aktif yang masih belum teridentifikasi, lalu melakukan upaya pencegahannya dengan memberikan obat ataupun edukasi.” tambahnya.
Hana Krismawati, M. Sc sebagai Pegiat Kusta dan Analis Kebijakan (Pusat Sistem dan Strategi Kesehatan) juga menyampaikan program terkait kusta ini perlu dibuat menjadi inklusif.
“Program ini seharusnya dijadikan program yang sangat inklusif bukan eksklusif. Agar tidak hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja, melainkan juga diketahui oleh masyarakat luas dan agar dapat berperan guna mendukung Indonesia bebas dari kusta”
Hana juga meminta dukungan dari pemerintah daerah maupun masyarakat untuk mendukung Indonesia bebas dari kusta.
“Saya juga minta konsistensi kita untuk terus mendukung eliminasi program ini selain komitmen dari pusat, namun juga dari pemerintah daerah. Ayo kita bersemangat untuk meningkatkan dari sisi akademisi seperti penelitian kusta, pengembangan inovasi, dan lain-lain.” tambahnya.
Anda juga bisa menyimak talkshow secara lengkap edisi “Peringatan Hari Kusta Sedunia 2024” di Youtube Berita KBR atau dapat mengklik link berikut. Berita lainnya terkait aktivitas NLR Indonesia bisa anda baca juga di website kbr.id.
NLR Indonesia merupakan organisasi nirlaba yang mengupayakan Indonesia bebas kusta dan inklusi bagi orang dengan disabilitas termasuk akibat kusta melalui strategi 3 zero (nihil), yaitu nihil penularan, nihil disabilitas dan nihil eksklusi. NLR Indonesia juga membantu anak-anak yang pernah mengalami kusta dan anak dengan disabilitas agar tumbuh dan berkembang secara optimal. www.nlrindonesia.or.id.
Baca juga: Edukasi Tentang Isu Kusta, Media Punya Peran Penting! - kbr.id
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!