BERITA

Petani Cabai Pemalang Keluhkan Mahalnya Harga Pupuk dan Obat Hama

""Kami para petani tidak ingin harga cabai melambung tinggi, kami inginnya ada standarisasi harga cabai""

Anindya Putri

Petani Cabai Pemalang Keluhkan Mahalnya Harga Pupuk dan Obat Hama
Ilustrasi pedagang cabai di pasar tradisional di Kendari, Sulawesi Tenggara. (Foto: Antara/Jojon)

KBR, Semarang - Kelompok petani cabai di Desa Ceklatakan, Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah mengeluhkan harga pupuk dan obat hama yang melonjak dan merugikan mereka.

Perwakilan Petani Cabai Pemalang, Sutrisno mendesak pemerintah agar lebih memperhatikan nasib petani dengan menekan harga obat hama dan menyediakan pupuk subsidi.

"Kami para petani tidak ingin harga cabai melambung tinggi, kami inginnya ada standarisasi harga cabai. Kemudian perhatian pemerintah terkait harga obat-obatan. Kami para petani keberatannya di situ. Biaya pemeliharaan untuk cabai jadinya mahal, ditambah orang kerja di tingkat desa sudah tinggi sekali," katanya di Pemalang, Jumat (10/12/2021).

Berita lainnya: 

Ia menjelaskan obat hama dan pupuk saat ini melonjak dua kali lipat. Imbasnya, kata Sutrisno, petani merugi, lantaran biaya pemeliharaan tanaman cabai yang cukup mahal.

Kemudian, ditambah adanya cuaca ekstrem, yang dikhawatirkan dapat membuat cabai membusuk dan gagal panen.

"Sudah harga obat mahal belum lagi ini musim hujan tidak menentu, dipastikan tanaman cabai kami akan busuk dan petani lebih memilih untuk tidak memanen," jelasnya.

Sutrisno berharap, harga obat hama dan pupuk kembali mudah dijangkau agar tidak memberatkan petani cabai.

"Harapan saya dan petani lain, harga obat hama itu murah, agar kami tidak merugi terus menerus," pungkasnya.

Editor: Kurniati Syahdan

  • harga cabai
  • petani cabai
  • pemalang
  • obat hama
  • pupuk
  • pupuk bersubsidi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!