Karir politiknya dimulai dengan menjadi Wali Kota Surakarta pada 2005. Ketika mencalonkan diri sebagai wali kota, banyak yang meragukan kemampuannya. Namun setahun setelah ia memimpin, banyak gebrakan progresif dilakukan olehnya.
Penulis: Antonius Eko
Editor:

Nama Joko Widodo menjadi terkenal, tak hanya di Indonesia tapi juga di mancanegara, sejak dia menjadi kontestan dan akhirnya terplih sebagai presiden Indonesia untuk masa jabatan 2014-2019.
Pria yang akrab disapa dengan Jokowi itu lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961. Jokowi lahir dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo. Sebelum berganti nama, Joko Widodo memiliki nama kecil Mulyono.
Pendidikannya diawali dengan masuk SD Negeri 111 Tirtoyoso yang dikenal sebagai sekolah untuk kalangan menengah ke bawah. Di mata guru SD-nya, Sutarti Wardojo, ia telah memiliki jiwa kepemimpinan semenjak SD.
Dengan kesulitan hidup yang dialami, ia terpaksa berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan. Saat anak-anak lain ke sekolah dengan sepeda, ia memilih untuk tetap berjalan kaki.
Mewarisi keahlian bertukang kayu dari ayahnya, ia mulai pekerjaan menggergaji di umur 12 tahun.Penggusuran yang dialaminya sebanyak tiga kali di masa kecil memengaruhi cara berpikirnya dan kepemimpinannya kelak
Walaupun pada masa kecilnya pernah tergusur sebanyak tiga kali, ia mampu diterima di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Setelah lulus Jokowi menjadi pengusaha furnitur.
Ubah Wajah Surakarta
Karir politiknya dimulai dengan menjadi Wali Kota Surakarta pada 2005. Ketika mencalonkan diri sebagai wali kota, banyak yang meragukan kemampuannya. Namun setahun setelah ia memimpin, banyak gebrakan progresif dilakukan olehnya. Ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya.
Dia dianggap berhasil mengubah kota Surakarta menjadi kota pariwisata, budaya, dan batik.
Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui slogan Kota Solo yaitu “Solo: The Spirit of Java”. Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak.
Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini.
Berkat pencapaiannya ini, pada 2010 ia terpilih lagi dengan suara melebihi 90%.Kemudian, pada tahun 2012, ia dicalonkan oleh PDI-P sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.
Ke Ibukota
Pada tanggal 20 September 2012, Jokowi berhasil memenangkan Pilkada Jakarta 2012, dan kemenangannya dianggap mencerminkan dukungan populer untuk seorang pemimpin yang "baru" dan "bersih". Ia merupakan gubernur ke-17 yang memimpin ibukota.
Selama menjabat sebagai gubernur, ia melancarkan berbagai program seperti Kartu Jakarta Sehat, Kartu Jakarta Pintar, lelang jabatan, pembangunan angkutan massal, pengembalian fungsi waduk dan sungai, serta penyediaan ruang terbuka hijau.
Salah satu lurah yang terpilih dalam proses lelang jabatan adalah Susan Jasmine Zulkifli. Ia terpilih menjadi lurah Lenteng Agung. Namun, penunjukkan Susan menuai protes dari beberapa orang karena lurah Susan beragama Kristen, yang dianggap tidak sesuai dengan sebagian besar warga Lenteng Agung yang beragama Islam.
Namun, Jokowi menegaskan bahwa ia tidak akan menurunkan lurah Susan atas dasar agama dan hanya akan mempertimbangkan kinerja para lurah.
Jadi Presiden
Setelah terpilih sebagai gubernur DKI Jakarta, popularitas Jokowi melejit berkat rekam jejaknya yang baik. Akibatnya, Jokowi merajai survei-survei calon presiden dan menyingkirkan kandidat lainnya,sehingga muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden.
Namun, selama berbulan-bulan wacana tersebut menjadi tidak pasti karena pencalonan Jokowi di PDIP harus disetujui oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Mega menegaskan baru akan menentukan calon setelah pemilihan legislatif pada April lalu.
Namun pada 14 Maret 2014, Megawati akhirnya menulis langsung surat mandat kepada Jokowi untuk menjadi calon presiden, dan Jokowi mengumumkan bahwa ia bersedia dan siap melaksanakan mandat tersebut untuk maju sebagai calon presiden dalam pilpres 2014.
Jokowi berpasangan dengan Jusuf Kalla bersaing dengan capres-cawapres dari Gerindra Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Selama masa kampanye Jokowi terus menjadi korban kampanye hitan. Namun Jokowi tetap melaju, akhirnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla menjadi pemenang Pilpres 2014. Mereka mendapatkan suara 70.997.833 atau 53,15 persen
Sementara Prabowo-Hatta 62.576.444 suara atau 46,85 persen. Keputusan itu diumumkan Ketua Pemilihan Umum Husni Kamil Manik di Gedung KPU Jakarta, Selasa (22/7) malam.