NASIONAL

Target Swasembada Energi, Bright Institute Soroti Ketergantungan Konsumsi Migas

"kita masih sebagai net importir bahkan sampai impor Rp500 triliun tahun kemarin"

AUTHOR / Naufal Nur Rahman

EDITOR / Muthia Kusuma

Google News
Bbm
Antrean warga yang ingin membeli BBM di SPBU Rembang, Rabu, (31/9/2022) (FOTO: KBR/Musyafa)

KBR, Jakarta-  Bright Institute menekankan pentingnya mengurangi konsumsi migas untuk mencapai swasembada energi, seperti target Presiden Prabowo Subianto. Direktur Riset Bright Institute, Muhammad Andri Perdana, mengatakan swasembada energi harus menjadi target utama pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil.

"Apakah secara modal dan potensial Indonesia mampu swasembada energi? maka jawabannya sangat bisa gitu, tapi syaratnya adalah harus ada plan untuk segera mentransisikan itu beralih dari energi fosil, tidak hanya migas. Yang kita tahu kita masih sebagai net importir bahkan sampai impor Rp500 triliun tahun kemarin," ucap Andri dipantau dari kanal YouTube Berita KBR, Kamis (24/10/2024).

Andri menyebut meski secara modal dan potensial Indonesia mampu swasembada energi, namun dia ragu pemerintah bisa benar-benar lepas dari seluruh impor migas.

"Kalau tujuannya adalah untuk menghilangkan seluruh impor migas, itu masih belum realistis kalau belum ada escape plan tersendiri terhadap bagaimana kita berhenti menggunakan konsumsi Migas ini dalam jangka 5-10 tahun kedepan," ungkap Andri.

Baca juga:

Andri mengatakan, berbagai upaya swasembada energi yang dicanangkan pemerintahan Prabowo masih membuka keran impor migas.

"Dilihat dari plan Asta Citanya pak Prabowo, yang tertara kan swasembada energi ini disebutkan akan menggunakan seperti biodiesel atau bioavtur dari sawit, dan juga bioetanol dari tebu dan singkong itu kan seperti memberikan campuran terhadap minyak gitu ya yang mungkin bisa kita cari sendiri, jadi hanya sebagian saja. Sisanya dicampurkan dengan biodiesel yang kita produksi sendiri," jelasnya.

Andri menekankan, guna mencapai swasembada energi bukanlah dengan cara menutup impor migas, melainkan mengurangi konsumsi migas dengan signifikan.

Transisi Energi

Andri mendorong pemerintah memiliki rencana yang jelas dan terukur untuk mengurangi penggunaan migas dalam waktu dekat. Pasalnya, ketergantungan Indonesia pada minyak bumi tidak hanya berdampak pada ekonomi, namun juga lingkungan.

"Karena kalau kita berbicara tentang bagaimana kita mengefisiensikan dan menghijaukan transportasi, kita harus beralih dari migas, itu suatu keharusan," tegas Andri.

Menurut Andri, untuk mencapai tujuan tersebut, elektrifikasi menjadi kunci. Caranya dengan mengganti kendaraan berbahan bakar fosil dengan kendaraan listrik, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menurunkan permintaan akan minyak bumi. Selain itu, kata dia, penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin juga perlu ditingkatkan.

"Karena kan kalau kita berbicara tentang bagaimana kita efisiensikan dan menghijaukan transportasi kita harus beralih dari migas itu suatu keharusan," ulang Andri.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!