NASIONAL

Saran Ekonom ke Prabowo Sebelum Negosiasi Tarif Impor AS

Faisal menekankan pentingnya kalkulasi yang matang sebelum masuk ke meja perundingan.

AUTHOR / Astri Yuanasari

EDITOR / Wahyu Setiawan

Google News
ekonomi
Presiden Prabowo Subianto bersiap melantik sejumlah Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh di Istana Negara, Jakarta, Senin (24/3/2025). ANTARA FOTO/Galih P

KBR, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menyarankan pemerintah tidak terburu-buru melakukan negosiasi dagang dengan Amerika Serikat. Hal ini dia sampaikan merespons rencana Presiden Prabowo Subianto yang akan menempuh jalur negosiasi menyikapi tarif impor Amerika.

Faisal menekankan pentingnya kalkulasi yang matang sebelum masuk ke meja perundingan.

"Kalau masalah tarif, kita sekali lagi harus melihat dari komoditas ke komoditas, dari produk ke produk, per satu produk ke produk yang lain. Karena kalau kemudian diminta untuk menurunkan tarif kan kita mesti lihat dampaknya ke dalam negeri, antara satu produk dan komoditas yang lain itu berbeda-beda. Untuk yang produk-produk yang sensitif, komoditas-komunitas sensitif, tentu saja harus lebih hati-hati untuk menawarkan negosiasi penurunan tarif. Kalau yang kurang sensitif, ya itu masih lebih bisa, tentu saja," kata Faisal kepada KBR, Senin (7/4/2025).

Selain soal tarif, hambatan non-tarif seperti izin impor, fasilitas perdagangan, dan koordinasi antarlembaga juga harus dibenahi. Ini penting agar posisi Indonesia lebih kuat saat berunding.

Faisal menyarankan agar pemerintah juga mengangkat isu teknis seperti hambatan ekspor udang dan produk perikanan Indonesia ke Amerika, yang selama ini menjadi andalan.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menyatakan siap membuka perundingan dengan Amerika Serikat terkait kebijakan tarif baru impor yang ditetapkan Presiden Donald Trump. Kepala negara menegaskan Indonesia mempunyai kekuatan dan akan tenang dalam menyikapi kebijakan tersebut.

Dalam daftar yang dirilis pemerintah Amerika Serikat, produk ekspor Indonesia ke AS dikenakan tarif imbal balik 32 persen. Amerika juga mematok tarif global 10 persen yang berlaku universal untuk semua barang yang masuk ke negara itu.

Baca juga:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!