NUSANTARA

Ritual Punggahan Penganut Kejawen Jelang Ramadan Digelar Terbatas

"Ritual lampah ditiadakan, peserta akan menggunakan kendaraan untuk menuju Panembahan Banokeling, yang berjarak sekitar 30 kilometer."

Muhamad Ridlo Susanto

Ritual Punggahan Penganut Kejawen Jelang Ramadan Digelar Terbatas
Komunitas kejawen menggelar ritual punggahan jelang ramadan, di Pekuncen, Banyumas. Foto: Ridlo KBR

KBR, Cilacap– Ritual Punggahan jelang Ramadan di Panembahan Banokeling, Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah yang dimulai pada Kamis hingga Sabtu pekan depan akan digelar terbatas.

Ketua Paguyuban Resik Kubur Rasa Sejati (PRKRS) Kalikudi, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Nakam Wimbo Prawiro mengatakan, kepastian itu diperoleh setelah ada soloran (pengumuman) dari Kiai Kunci Panembahan Banokeling, terkait pelaksanaan Punggahan.

Kata dia, Anak Putu Kalikudi akan memberangkatkan 30 orang, masing-masing dari Pasemuan Lor dan Pasemuan Kidul. Sesuai jadwal, ke-30 perwakilan itu akan diberangkatkan pada Kamis pagi untuk menjalani ritual lampah atau jalan kaki.

Namun, berbeda dari kondisi normal, kali ini ritual lampah ditiadakan. Peserta akan menggunakan kendaraan untuk menuju Panembahan Banokeling, yang berjarak sekitar 30 kilometer.

“Soloran yang dari Daun Lumbung, itu ada batas. Itu dibatasi, Pasemuan Lor 15 orang, Pasemuan Kidul 15 orang. Tidak jalan kaki, cuma pakai kendaraan. Kedua, juga hanya bisa menginap satu malam, di sana. Jumat sore, biasanya pulang. Itu punggahan untuk tahun 2022 ini.” kata Nakam.

Nakam Wimbo Prawiro menambahkan, normalnya ritual punggahan diikuti oleh ribuan penghayat kepercayaan dan pelestari adat, sebagai bagian dari prosesi menjelang bulan Puasa atau Ramadan. Dalam ritual ini, anak putu akan menjalani berbagai prosesi,seperti lampah, bekten, muji atau slametan.

Ia juga menambahkan, ritual punggahan normalnya digelar tiga hari dua malam. Di mana anak putu harus menginap di Panembahan Banokeling. Namun, tahun ini anak putu hanya diperbolehkan menginap satu malam, dan pada Jumat sore anak putu akan kembali ke wilayah masing-masing.

Baca juga:

Jelang Ramadan, Penganut Kejawen Minta Izin Ritual Punggahan Dilonggarkan

Editor: Dwi Reinjani

  • banokeling
  • kejawen
  • tradisi punggahan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!