NASIONAL

Olimpiade Paris 2024, Masa Kelam Bulu Tangkis Indonesia

"pelatih-pelatih Indonesia yang qualified justru menjadi lawan kita"

AUTHOR / Astri Septiani, Muthia Kusuma

EDITOR / Muthia Kusuma

bulu tangkis
Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia Gregoria Mariska Tunjung saat bertanding di semifinal Olimpiade Paris 2024. (FOTO: ANTARA/Wahyu Putro)

KBR, Jakarta- Pengamat bulutangkis, Daryadi menilai bulu tangkis Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Ia mendesak Kemenpora dan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) memperbaiki prestasi para atlet.

"Materi pemain-pemain Indonesia yang tampil di Paris saya katakan sulit untuk bisa bersaing dengan negara-negara lain. Faktanya dibanding olimpic-olimpic sebelumnya materi yang ada ini saya katakan adalah materi yang terlemah dibandingkan kekuatan Indonesia saat tampil terakhir di Olympic Tokyo. Ya paling tidak lumayanlah ada satu keping medali yang bisa dibawa pulang. Walaupun secara umum kita sendiri memang gagal ya menjaga tradisi yang selalu dipertahankan oleh tim bulutangkis," ucap Daryadi kepada KBR (05/08/24).

Daryadi meminta Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Dito Ariotedjo memberi perhatian lebih terhadap cabor tepok bulu angsa itu. Menurutnya, salah satu perbaikan yang harus dilakukan yaitu kepelatihan yang kompeten.

"Karena terlihat bagaimana pelatih-pelatih Indonesia yang qualified justru menjadi lawan kita. Lebih banyak bertebaran di mancanegara," sambungnya.

Baca juga:

Sebelumnya, kontingen bulu tangkis Indonesia hanya berhasil menyumbang medali perunggu di ajang Olimpiade Paris 2024. Medali diperoleh pemain tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung. Gregoria mendapat medali tanpa bertanding, setelah semifinalis asal Spanyol, Carolina Marin mundur karena cedera.

Medali yang disumbang Gregoria itu menyelamatkan wajah Asosiasi Bulu Tangkis PBSI yang panen kritik keras. Warganet menaikkan tagar PBSIBisaApa di media sosial X atau Twitter.

Kekecewaan warganet bukan tanpa alasan. Di Olimpiade Paris, sebagian besar wakil Indonesia berguguran di fase awal. Padahal, Indonesia selalu mempertahankan tradisi medali sejak Olimpiade 1992 di Barcelona. Tim merah putih hanya gagal meraih medali pada Olimpiade 2012 di London.

Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana, pada pekan lalu untuk membahas hasil tersebut.

Dito mengaku sedih atas hasil tersebut dan berkomitmen mempersiapan prestasi lebih baik di Olimpiade berikutnya.

“Kita badminton berguguran, tapi memang kami dari awal sudah menyampaikan analisa kami, kita memiliki chance besar itu di wall climbing, weight lifting. Makanya dari itu yang saya sampaikan dari Sea Games ke Asian Games itu sudah jomplang. Dari Asian Gemes ke Olimpiade itu sangat jomplang. Inilah mengapa tadi rapat kami bahas, bagaimana menguatkan fondasi-fondasi merata pembibitan atlet ini di daerah,” kata Dito di Kompleks Istana Kepresidenan, Kamis, (1/7/2024).

Di lain pihak, Pengurus Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia PBSI mengklaim sudah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan atlet, serta melakukan regenerasi hingga pembinaan atlet di daerah.

Ketua Umum PBSI, Agung Firman Sampurna berjanji akan mendalami penyebab hasil buruk itu. Meski begitu, dia menduga ada faktor mental pemain hingga suhu udara yang panas di Prancis.

“Dan kita sudah melakukan perbaikan di dalam tim psikologi kita dari hanya beberapa dua-tiga orang, sekarang kita punya tim dan nanti ke depan kita harapkan satu atlet satu psikolog,” ucapnya.

Ketua Umum PBSI, Agung Firman mengeklaim, persiapan atlet ke Olimpiade Paris sudah matang, mulai dari segi teknis hingga non-teknis. Bekas Ketua Badan Pemeriksa Keuangan BPK itu meminta maaf atas kegagalan tim bulu tangkis Indonesia di Olimpiade.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!