Article Image

NASIONAL

Musik Indie, Emang Boleh se-Mainstream Ini?

"Musik indie makin memiliki tempat di masyarakat, kemunculan platform streaming mendorong musisi memproduksi secara mandiri, karyanya pun makin mudah diakses."

KBR, Jakarta - Nama Nadin Amizah, Sal Priadi, sampai Hindia rajin wira-wiri di halaman depan platform mendengarkan musik daring. Karya-karya mereka digandrungi dan punya fanbase besar. Padahal, mereka adalah musisi indie, berarti nggak ada cawe-cawe dari perusahaan rekaman besar. 

Keren ya, minim kapital, tapi musiknya berjaya. Ini salah satunya berkat kemampuan memilih dan memoles keunikan si musisi dan musiknya, menurut Agathis Labilardieri, manajer band indie "Black Horses". 

"Black Horses adalah vintage rock band, '70s, jelas. Berarti referensinya Led Zeppelin, Black Sabbath, Deep Purple. Pakaiannya gimana sih? Karakter suara dari audio musiknya gimana? Instrumen apa yang dipakai? sampai ke hal, kalau semua gitar, amplifier-nya apa? Merek apa? Itu memang harus dipikirin segitunya, untuk dapet kayak 'oh, ini orang vintage'," kata pria yang akrab disapa Aga ini. 

Agha menyebut Kunto Aji sebagai talenta berbakat di musik indie tanah air. Kehadiran Kunto menginspirasi banyak orang untuk mengikuti jejaknya. 

"Kita tahu dia (Kunto Aji), semuanya diusahakan sendiri, 'kenapa Saya yang punya musikalitas juga nggak bisa sendiri?', sehingga 'oke, gue mau ngejalanin ini sendiri'," ujar Agha yang sudah menjadi manajer Black Horses selama 4 tahun ini. 

Baca Juga:

Raup Cuan dari Platform X 

Strategi Atur Keuangan Freelancer Anti-Boncos

Manajer Black Horses Agathis Labilardieri menyebut festival besar masih jadi panggung musisi indie untuk mengenalkan karyanya ke khalayak luas. (Foto: dok pribadi)

Aga menyebut hingga saat ini musisi indie masih menggantungkan pendapatan dari manggung. Ada pula artis yang mendapatkan cuan dari monetisasi lagu di platform streaming.

“Cuma kalau manggung itu kaitannya dengan eksternal ya, jadi musisi indie juga harus mikirin caranya kalau mereka lagi nggak manggung. Cara paling simpel adalah merchandise, cara paling cepat lah," ujar Aga.

Di sisi lain, plagiarisme juga jadi salah satu ganjalan bagi para artis indie, tapi mereka punya cara unik menghadapi masalah ini, yaitu dengan berkolaborasi.

“Yang saya suka adalah industri indie lebih apresiatif, karena kalau mau diributin, toh nggak ada uangnya di situ. Mending kita rangkul sekalian,” kata Aga.

Dengarkan oborlan lengkap Aline Wiratmaja bersama Manajer Black Horses Agathis Labilardieri di Uang Bicara episode Musik Indie, Emang Boleh se-Mainstream Ini? di KBR Prime, Spotify, Apple Podcast, dan platform mendengarkan podcast lainnya.