"Kalau dijual petani rugi. Tapi kalau kita tidak jual, tidak ada uang untuk membayar utang ongkos produksi," kata seorang petani.
Penulis: Zaenudin Syafari
Editor:

KBR, Mataram - Memasuki masa panen raya ini, harga gabah kering panen di Lombok Tengah bagian selatan, Nusa Tenggara Barat, anjlok.
Jika sebelum musim panen gabah kering panen dibeli seharga Rp360 ribu per kwintal, pada musim panen raya ini harga gabah hanya dibeli dengan harga Rp 300 ribu per kwintal.
Kondisi itu membuat petani merugi. Karena pengasilan petani hanya 25 persen dari harga beli, dan itu belum terhitung dengan biaya produksi.
Ketua Persatuan Penggilingan Padi (Perpadi) NTB, Murdian mengeluhkan anjloknya harga gabah, saat menghadiri kunjungan kerja Badan Legislasi DPR di kantor gubernur NTB, Kamis (21/07).
Murdian menuturkan, kondisi tersebut di satu sisi membuat petani dilema. Jika gabah tersebut tidak dijual, tidak ada uang yang akan digunakan untuk membayar ijon yang digunakan sebagai ongkos produksi.
Itulah mengapa, katanya petani sulit sejahtera, khsususnya petani yang hanya menggarap sawah seluas setengah hingga satu hektar.
“Sekarang kami di wilayah selatan sudah mulai musim panen. Di wilayah selatan itu kalau sudah panen harga padi anjlok. Yang kemarin awalnya gabah kering panen itu Rp360 ribu per kwintal sekarang menjadi Rp300 ribu. Kalau kita hitung dengan biaya penggarapan dan lainnya, petani itu rugi. Tapi kalau kita tidak jual, tidak ada untuk membayar hutang yang kemarin kita gunakan untuk garap dan pembelian pupuk atau bahan-bahan itu", kata Murdian.
Ia berharap pemerintah bisa menindaklanjuti usulan pihaknya untuk memberikan bantuan alat tanam atau panen kepada petani. Bantuan itu diharapkan bisa mengurangi ongkos produksi petani.
Selain itu, ia juga berharap pemerintah bisa mengembalikan subsidi pupuk ke pembelian gabah.
Editor: Agus Luqman