indeks
Kisah Waria yang Berjuang Menjadi Pria Sejati

Waria yang terlahir dengan nama Eko Sugiarto ini pernah berusaha menjadi seorang pria sejati.

Penulis: Pebriansyah Ariefana

Editor:

Google News
Kisah Waria yang Berjuang Menjadi Pria Sejati
waria, LGBT, toleransi

KBR68H, Jakarta - Lenny Sugiarto, seorang waria yang mempunyai cerita menarik soal perjalanan hidupnya. Waria yang terlahir dengan nama Eko Sugiarto ini pernah berusaha menjadi seorang pria sejati.


Eko kecil memang sudah memperlihatkan tingkah laku feminim. Dia sering meminta mainan boneka kepada orang tuanya. Keluarga pun menerima jika Eko remaja yang feminim. 


Lenny mengatakan dia termasuk waria yang beruntung, sebab seluruh anggota keluarganya menerimanya. Namun tetap saja, ejekan demi ejekan terus diterima pria kelahiran tahun 60'an ini.


"Saya ini waria yang beruntung sekali. Dukungan dari keluarga dan teman-teman lain juga. Saya salah satu waria yang didukung keluarga. Walau pun saya waria, saya ingin ubah stigma dari orang umumnya. Kalau waria itu ada di jalanan, ngamen," cerita Lenny dalam peluncuran buku 'Sesuai Kata Hati: Kisah Perjuangan 7 Waria' di Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat akhir pekan kemarin.


Lenny cerita, dia mulai bisa membuka diri sebagai waria selepas dirinya lulus SMA. Ayahnya menawarinya melanjutkan kuliah. Namun Lenny sempat ingin kursus saja. Dia ingin mengembangkan kerampilannya di bidang kecantikan.


"Kata ayah saya, 'oh kalau kursus ayah nggak mau biayain. Takutnya jiwa waria kamu terus tumbuh'. Lho padahal  kan saya jadi waria ini jiwa, nggak akan hilang," kata dia


Akhirnya Lenny pun memilih mematuhi keinginan ayahnya untuk kuliah. Dia kuliah di bidang perhotelan, dan lulus. Lenny pun bekerja di sebuah hotel di Jakarta. Selama bekerja, dia menjalankan peran sebagai lelaki. Mengenakan dasi, jas dan celana.


Selama berusaha menjadi lelaki sejati, Lenny pun bertemu dengan seorang perempuan. Lenny mengaku ini aneh, sebab dari kecil hingga lulus kuliah dan bekerja, dia tidak pernah berpacaran dengan perempuan.


"Waktu itu saya tidak pernah pacaran dengan perempuan. Pas kerja di hotel itu, ada perempuan yang naksir saya. Nggak tahu, saya dikatain kamu tuh bencong yah nggak suka sama perempuan. Pada waktu itu saya memang ada jiwa perempuan dalam diri saya," cerita waria berjilbab ini.


Hubungan Lenny dengan perempuan itu terus berlanjut. Si perempuan itu turut membantu Lenny untuk bertahan hidup sendiri. Akhirnya Lenny pun di ajak menikah. Lenny sempat ingin menolak.


"Tapi saya kasian dengan dia, dia mencintai saya dan dia berkorban untuk menutupi hdup saya waktu itu. Takutnya nggak menghargai," jelas Lenny.


Namun akhirnya Lenny memberanikan diri bicara dengan keluarganya untuk menikahi perempuan itu. Meski hasrat Lenny saat itu sebagai perempuan. 


"Saya bicara dengan keluarga saya, saya ingin menikah. Waktu itu ditanya, lho menikah sama siapa? Kaget keluarga saya. Saya kan nggak pernah jalan sama perempuan kok nikah," ceritanya.


Lenny pun menikah dengan perempuan itu. Hanya saja akhirnya diketahui perempuan itu hanya memanfaatkan Lenny saja. "Ternyatra di belakang itu perempuan itu punya masalah, karena dia seorang pekerja seks komersial. Dia punya kasus, saya dijadikan tumbalnya saja. Saya akhirnya tahu. Selama menikah berjalan, saya nggak ada kebahagiaan dalam rumah tangga. Tiap hari ribut-ribut," kata Lenny, dan akhirnya dia bercerai dengan perempuan itu.


Melanjutkan hidup kembali menjadi waria seutuhnya


Selepas bercerai, Lenny pun melanjutkan hidupnya sebagai waria. Lenny membuat usaha kecantikan dengan membuka salon. Di tahun 1998, dia pun mendirikan yayasan Srikandi Sejati. Sebuah yayasan pendamping pemberdayaan waria. 


Lenny juga menjadi aktivis untuk komunitas waria di Indonesia, khususnya di Jakarta. Dia mengatakan, mencoba mengubah takdirnya sebagai waria adalah sebuah kesalahan. 


"Apa yang saya cari, saya sudah coba. Tapi jiwa saya tidak menerima," jelas dia.


Lenny mengatakan tidak semua individu ingin menjadi waria. Namun menurutnya waria ini adalah sosok yang kuat dari sisi perasaan dan kekuatan fisik. Lainnya, menjadi waria itu juga tidak enak. 


"Jadi waria itu nggak enak, dilihat di kerata sama orang. Meski saya pakai jilbab. Saya biang ke mereka kalau saya waria, biarkan aja. Tapi saya punya tujuan dan orang nggak tahu," tutupnya.

waria
LGBT
toleransi

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...