NASIONAL

Kemenko PMK Akui Kemiskinan Ekstrem di Papua Masih Tinggi

"Yang jelas berapa minggu terakhir ini kami memastikan KL untuk disisa waktu 7 bulan ke depan benar-benar bekerja."

AUTHOR / Heru Haetami

EDITOR / Rony Sitanggang

PMK sebut kemiskinan ekstrem di Papua masih tinggi
Ilustrasi: Suasana perdagangan hasil bumi di pasar Wosi Manokwari, Papua Barat. (Antara/Toyib)

KBR, Jakarta- Pemerintah mengakui kemiskinan ekstrem di Papua masih tinggi. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Nunung Nuryantono mengatakan, telah memastikan kementerian/lembaga benar-benar menjalankan program-program di sisa pemerintahan Presiden Joko Widodo.

"Yang jelas berapa minggu terakhir ini kami memastikan KL untuk disisa waktu 7 bulan ke depan benar-benar bekerja. Jadi kita sudah melakukan pertemuan itu," ujar Nunung di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Senin (3/6/2024).

Nunung Nuryantono menyebut, kementerian/lembaga terkait akan dikumpulkan untuk melaporkan masing-masing kerjanya dalam Data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE).

Dia memastikan, kemiskinan di enam provinsi di Papua masih dalam pantauan pemerintah. Salah satunya dengan menyediakan gudang logistik di sana.


Baca juga:

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Nunung Nuryantono mengungkap, secara nasional, per Maret 2023 angka kemiskinan ekstrem mencapai 1,12 persen. Pada tahun ini, pemerintah optimistis bahwa angka kemiskinan ekstrem bisa turun hingga di bawah 1 persen.

"Mudah-mudahan tahun ini nanti bulan Juli akan keluar hasilnya bisa di bawah 1 persen. Kami optimis kalau bisa di bawah 1 persen," katanya.

Editor: Rony Sitanggang

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!