Article Image

NASIONAL

Karena Gen Z Ingin Dimengerti

"Gen Z punya karakter unik dibanding generasi pendahulu, karena dibentuk dari lingkungan yang berbeda. Perlu strategi adaptasi di tempat kerja"

KBR, Jakarta - Gen Z banyak diperbincangkan. Mereka yang lahir di rentang 1997 - 2012 ini dikenal sebagai generasi yang berani dan idealis dalam berkarir. Namun, di sisi lain, gen Z dijuluki generasi stroberi karena dianggap tampak keren di luar, tetapi lembek saat diberi tekanan.

Menurut Manajer Rekrutmen dan Seleksi Asesmen SDM PPM Manajemen, Pratidina Kartika Putri, gen Z lahir di era teknologi dan masifnya media sosial. Akses mereka terhadap banyak hal, misalnya komunikasi, informasi, dan mobilitas, lebih mudah ketimbang generasi senior. Kalau dulu menelepon butuh datang ke wartel atau telepon umum, sekarang tinggal buka ponsel sambil rebahan.

“Dulu kalau mau tahu tentang suatu teori atau apa, kita harus baca jurnal, baca buku. Sekarang dia tinggal masukkin ke AI. Semua sudah ada jawabannya,” ujar Pratidina.

Aneka kemudahan ini membuat mereka kurang ‘tahan banting’. Gen Z juga hidup berkelimpahan sumber informasi.

“Gen Z ini sebenarnya penuh dengan ide ataupun inovasi, tapi karena stimulusnya terlalu banyak, kadang-kadang apa yang mereka mau belum jelas nih arahnya ke mana,” ujar perempuan yang akrab disapa Nana itu.

Gen Z punya banyak perbedaan dengan generasi baby boomers maupun milenial, sehingga konflik, misalnya di tempat kerja, sangat mungkin terjadi. Nana mendeskripsikan gen Z sebagai orang-orang yang ingin bebas, fleksibel, dan mengedepankan apa yang mereka mau.

“Mereka ini, mostly, memang pengin sesuatu yang memberikan mereka challenge. Gen Z kebanyakan masuk di dalam start up, dengan struktur organisasi yang kecil, terus sekalinya masuk, kita sudah langsung dapat posisi. Itu yang mereka cari sebenarnya,” papar Nana.

Baca juga: Ngobrolin Lika-liku Anak Kantoran bareng Samuel Ray

Pratidina Kartika Putri menyebut kesehatan mental menjadi topik populer di kalangan generasi Z karena secara psikologis mereka mudah tertekan. (Foto: dok pribadi)

Dalam cara berkomunikasi, Gen Z cenderung lebih blak-blakan dan kasual. Bandingkan dengan baby boomers dan milenial yang taat pada kultur kantor dan menghargai senioritas. Perbedaan ini kerap menjadi sumber permasalahan di tempat kerja.

“Ketika sudah tahu bakal bekerja sama dengan gen Z, harusnya juga sudah menyesuaikan bagaimana pola komunikasi yang harus kita adjust. Kalau generasi milenial mungkin bisa menyesuaikan ya. Tapi kalau baby boomer, mungkin cara komunikasinya sangat formal,” jelas lulusan Universitas Surabaya itu.

Gen Z selalu menuntut kejelasan, sehingga atasan perlu membangun pola komunikasi yang efektif. Cara pendekatannya harus disesuaikan cara pikir dan gaya gen Z.

“Gen Z ini, kita harus kasih tahu kenapa kita harus melakukan ini dan apa benefit-nya untuk kita, untuk organisasi. Ketika mereka sudah clear, cocok, baru mereka mau jalan. Kalau nggak, nggak akan jalan,”

Gen Z juga mesti diberi umpan balik terkait kinerja mereka. Atasan perlu mengagendakan pertemuan rutin untuk membincangkan hal ini.

“Setiap hari Jumat (misal), kita ngobrol-ngobrol, apa sih yang perlu dibenerin dari mereka. Jadi jangan dikiranya apa yang mereka lakukan selama ini tuh sudah yang terbaik. Kalau ada yang perlu dibenerin, ya kita kasih feedback,” tegas Nana.

Dengarkan Uang Bicara episode Karena Gen Z Ingin Dimengerti bersama Manajer Rekrutmen dan Seleksi Asesmen SDM PPM Manajemen, Pratidina Kartika Putri di KBR Prime, Spotify, Apple Podcast, dan platform mendengarkan podcast lainnya.