Article Image

NASIONAL

Kalau Ada Robot AI, Kita Kerja Apa?

"Penggunaan AI memicu kekhawatiran karena bisa menggantikan peran manusia. Ini berpotensi memunculkan problem pengangguran. "

KBR, Jakarta - Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) semakin marak ditemukan di kehidupan sehari-hari. Banyak perusahaan mulai mengaplikasikan AI di berbagai bidang karena penggunaannya yang mudah dan juga rendah biaya. Namun di sisi lain, hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi para pekerja, apakah mereka akan tergantikan oleh AI?

Kepala Pusat AI Institut Teknologi Bandung (ITB), Ayu Purwarianti mengafirmasi bahwa hal itu sangat mungkin terjadi dan sudah mulai ditemukan di sejumlah sektor. Utamanya untuk pekerjaan yang repetitif dan tidak membutuhkan pola berpikir yang rumit. 

“Misalnya customer service. Di Brasil termasuk yang banyak terkurangi jumlahnya karena teknologi chatbot. CS tempat orang bertanya hal-hal sederhana sampai hal-hal yang rumit. Untuk hal-hal yang sederhana, ini sudah bisa digantikan oleh teknologi AI,” jelas Ayu.

Contoh lain di bidang hukum, AI bisa menerjemahkan laporan hingga mengidentifikasi kasus-kasus. Alhasil, jumlah pekerja makin menciut. 

Namun, Ayu menyebut, ada pekerjaan yang tak bisa digantikan oleh AI, yakni penanggung jawab.  

“Harus ada profesi yang butuh penanggungjawab, PIC-nya, itu tidak akan tergantikan oleh AI. Karena AI di situ hanya akan berfungsi sebagai alat bantu,” tegas co-founder Prosa.ai itu.

Baca juga:

Sukses Bangun Personal Branding ala Bang Ogut

Cara Atur Duit yang Pas Buat First Jobber

Ayu Purwarianti menyebut peran sebagai penanggung jawab atau pengambil keputusan tidak bisa digantikan oleh AI. Contohnya, AI bisa membantu dokter menganalisis penyakit, tetapi keputusan tentang penyakit apa dan pengobatannya tetap di tangan dokter. (Foto

Kehadiran AI, menurut Ayu, memang memberi ancaman, tetapi di sisi lain juga peluang. Karenanya, manusia mesti beradaptasi, sama halnya ketika terjadi revolusi industri jilid-jilid terdahulu. 

"Karena kalau kita menolak sebuah kebaruan, ini akan sulit. Karena di luar tidak seperti itu. Banyak orang yang sudah siap dengan kebaruan itu dan mereka cepat adaptasi. Kita bisa kalah sama yang lain,” katanya.

Agar teknologi AI tidak disalahgunakan dan merugikan masyarakat, Ayu mendorong pemerintah dan otoritas terkait juga membuat peta jalan dan aturan yang jelas.

“Salah satu PR di pemerintahan adalah terkait dengan peraturan. Kita butuh perlindungan dari negara terkait dengan efek negatif dari AI ini. Efek positifnya banyak, tapi efek negatifnya ada," ujar Ayu.

Dengarkan obrolan lebih lengkap Aline Wiratmaja bersama Kepala Pusat AI Institut Teknologi Bandung (ITB), Ayu Purwarianti di Uang Bicara episode "Kalau Ada Robot AI, Kita Kerja Apa?" di KBR Prime, Spotify, Apple Podcast, dan platform mendengarkan podcast lainnya.