"Datang dari Jawa Tengah ke sini pakai bis. Logikanya mungkin nggak? Mereka saja susah. Kan pasti ada yang membiayai."
Penulis: Agus Lukman
Editor:

KBR, Jakarta- Pengurus pusat Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia HNSI
khawatir demonstrasi menentang kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan
Susi Pudjiastut mengarah pada motif kepentingan politik tertentu.
Apalagi jika demonstrasi menuntut Menteri Susi mundur dari jabatan
menteri.
Sekjen HNSI Anton Leonard mengatakan selama ini
kebijakan Menteri Susi Pudjiastuti terbukti melindungi kepentingan
nelayan-nelayan kecil atau nelayan tradisional.
Anton Leonard
mengatakan patut diduga demonstrasi menentang kebijakan Menteri Susi dan
menuntut Menteri Susi mundur dimotori oleh para pengusaha besar yang
selama ini dirugikan oleh kebijakan pemerintah.
"Kita sudah milih
presiden, sudah menang Pak Jokowi jadi presiden. Hak prerogatif
presiden milih menteri. Biarlah mereka kerja dulu. Jangan ada tendensi
mengganti menterinya. Karena itu sudah politik. Kalau tuntutannya sudah
mengganti menteri, ya siapa yang di belakang mereka? Pandangan kita
menjadi ke sana. Ada apa?" kata Sekjen HNSI Anton Leonard kepada KBR, Rabu
(6/4/2016).
Anton Leonard menilai jika ada kebijakan Menteri Susi
yang merugikan pengusaha perikanan besar cukup dikritik tanpa harus
mengerahkan massa dalam jumlah besar.
"Nggak usah mengerahkan
orang begitu banyak, mengeluarkan biaya. Biayanya darimana itu demo
mengatas namakan nelayan? Apakah nelayan membiayai dirinya sendiri?
Datang dari Jawa Tengah ke sini pakai bis. Logikanya mungkin nggak?
Mereka saja susah. Kan pasti ada yang membiayai. Kalau begini ceritanya,
wajar saja jika ada yang berpikir ini politis," kata Anton Leonard.
Ribuan
orang yang tergabung dalam Gerakan Nasional Masyarakat Perikanan
Indonesia (Gernasmapi) berdemonstrasi di depan Istana Negara dan kantor
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Mereka menuntut Menteri Susi
Pudjiastuti mundur dari jabatannya.
Ono Surono, salah satu Kordinator aksi Gerakan Nasional Masyarakat Perikanan Indonesia (Gernasmapi) kepada KBR, Selasa (05/04) mengatakan, "karena dampak setahun lebih itu sekarang sudah
tercipta pengangguran nelayan sekitar 1.162 ribu orang. Devisa kita yang
hilang sekitar 876 juta dollar Amerika. Nilai ekspor kita turun sampai
37.5% dibandingkan tahun 2014."
Ono yang juga anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PDIP itu menambahkan, aksi nelayan ini merupakan bentuk protes dari nelayan yang selama ini tidak pernah didengar dari tingkat daerah hingga pusat.
Mereka memprotes beberapa
kebijakan Menteri Susi Pudjiastuti yang dituangkan dalam Peraturan
Menteri. Diantaranya moratorium atau penghentian izin
kapal-kapal eks asing, peraturan larangan bongkar muat kapal di tengah
laut, peraturan tentang larangan penggunaan pukat hela dan pukat tarik,
serta peraturan yang mengatur penangkapan lobster dan kepiting untuk
ukuran tertentu.
Gerakan Nasional Masyarakat Perikanan Indonesia
(Gernasmapi) mengklaim demonstrasi melibatkan para nelayan dari
berbagai daerah seperti Jawa, Banten, Bitung, Bali hingga Kalimantan
Barat.
"Tujuan utama adalah petisi. Inti petisi adalah Susi
harus turun, karena dia menghancurkan dunia perikanan di Indonesia,"
kata Ketua Asosiasi Kapal Perikanan Sulawesi Utara Rudy Walukow, di
Jakarta.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Budidaya Ikan Laut
Indonesia (Abilindo) Wajan Sudja mengatakan, sebelum aksi hari ini, para
nelayan juga sudah menggelar aksi serupa di daerah.
Sekjen HNSI
Anton Leonard mengatakan ada tiga juta nelayan anggota HNSI. Dari jumlah
itu 98 persen merupakan nelayan tradisional atau nelayan kecil, dan
hanya dua persen yang merupakan buruh nelayan atau Anak Buah Kapal (ABK)
yang bekerja di kapal perikanan milik nelayan besar atau pengusaha
pemilik kapal.
Editor: Rony Sitanggang