NASIONAL

Harga Beras Diklaim Sudah Turun, Tapi (Masih) Mahal

"Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga beras masih terjadi di mayoritas wilayah di Indonesia."

Astri Septiani

Harga Beras Diklaim Sudah Turun, Tapi (Masih) Mahal
Warga membeli beras di Gerakan Pangan Murah di Kota Kupang, NTT, Sabtu (16/3/2024). (Foto: ANTARA/Mega Tokan)

KBR, Jakarta - Presiden Joko Widodo mengklaim harga beras sudah mulai turun. Hal itu ia sampaikan Presiden Joko Widodo pada awal Maret 2024. 

Ia memastikan stok beras aman. Ia juga mengklaim terus mengecek perkembangan harga beras setiap hari. 

"Ditanyakan saja. Tolong berbondong-bondong ke pasar induk beras Cipinang dan juga ke pasar beras di pasar Johar Kerawang, dilihat di lapangan, sudah turun. Tapi memang itu tidak merepresentasikan harga-harga di seluruh tanah air, di beberapa provinsi. Coba dicek semuanya, dicek langsung, jangan ditanyakan ke saya. Meskipun saya tahu setiap hari harga itu naik turunnya saya tahu, tapi tolong jangan terus ditanyakan ke saya, cek di lapangan sendiri, berbondong-bondong ke sana ya," kata Jokowi di Pangkalan TNI AU, Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (4/3/2024).

Namun, pekan ini Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga beras masih terjadi di mayoritas wilayah di Indonesia. Jumlah wilayah yang mengalami kenaikan beras juga mencapai lebih dari 75 persen dari total wilayah RI.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menyebut, harga beras pada minggu pertama Maret 2024 mengalami kenaikan sebesar 3,06 persen jika dibandingkan bulan Februari 2024. 

"Namun demikian masih cukup banyak wilayah mengalami kenaikan harga beras yaitu mencapai 75,28% dari seluruh wilayah yang ada di Indonesia," kata Amalia pada acara Rakor Pengendalian Inflasi Daerah, Rabu (13/03/24).

Meski begitu, jumlah wilayah yang mengalami kenaikan beras terlihat sedikit menurun dibandingkan pada Februari lalu. BPS juga mencatat komoditas beras berangsur terkendali dengan masuknya masa panen di beberapa sentra produksi.

Baca juga:

Penyebab Kenaikan Harga Beras

Kenaikan harga beras ditengarai karena produksi padi beberapa bulan terakhir masih rendah. 

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, selama delapan bulan terakhir produksi beras dalam negeri selalu negatif berbanding dengan tingkat kebutuhan atau konsumsi masyarakat.

"Kalau kita lihat Januari, Februari, Maret, itu memang kita di bawah tahun lalu. Ini penjelasan kenapa kita perlu mempersiapkan, nanti bukan dibilang penjelasan informasi ini, tapi badan pangan harus menyampaikan bahwa kita harus punya stok sebelumnya, supaya Bulog itu punya cadangan pangan di atas 1,2 juta ton," kata Arief saat rapat bersama Komisi IV DPR RI, Rabu (13/3/2024).

Arief Prasetyo Adi memperkirakan kondisi produksi versus konsumsi ini baru akan positif pada April nanti. Walaupun, kelebihannya juga tidak signifikan.

Di lain pihak, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengklaim pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan harga beras di tanah air. Namun Zulhas menyebut, saat ini harga beras masih tinggi karena masa tanam padi mundur menyebabkan masa panen juga mundur.

"Tentu solusi permanen sudah banyak yang dikerjakan, nggak cukup waktu saya kira untuk menjelaskan. Tapi sekali lagi teorinya kan supply and demand. Panennya pindah waktu, pasti suplainya berkurang, karena suplainya berkurang, kalau kita mintanya itu terus, maka harga akan naik," kata Zulkifli dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI, Rabu (13/3/2024).

Kritik pemerintah

Kalangan parlemen mengkritik langkah pemerintah mengendalikan harga beras. Anggota Komisi bidang Pertanian di DPR, Sutrisno mempertanyakan data dari Kementerian Pertanian bahwa produksi beras masih di atas kebutuhan masyarakat.

“Jadi ketersediaannya cukup, kebutuhan produksinya juga cukup, kebutuhannya juga di bawah produksi kita, tapi kenapa harga berasnya naik? Di tempat kami ini sekarang sudah mulai panen, penurunan harganya juga lamban,” kata anggota DPR Komisi IV, Sutrisno saat Raker dengan Menteri Petanian RI, Rabu (13/3/2024).

Sementara itu Anggota DPR Komisi Perdagangan, Mufti Anam kecewa karena masih banyak rakyat mengeluh dengan tingginya harga beras.

“Tentu kami sedih, kami kecewa, kami malu kepada rakyat pak Menteri. Kalau liat di pasar-pasar bahkan di kampung-kampung, bahkan bukan hanya kelas rakyat, kelas menengah saja mengeluh dengan tingginya harga beras. Jadi kalau kita bilang bahwa swasembada yang didengungkan atau dikampanyekan oleh Pak Jokowi sejak periode pertama sampai hari ini, tidak hanya tidak tercapai, tapi justru hari ini menjadi rekor terbesar harga beras tertinggi sepanjang sejarah,” kata anggota DPR Komisi VI, Mufti Anam saat Raker dengan Menteri Perdagangan RI, Rabu (13/3/2024).

Baca juga:

Di pihak lain, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mengeluhkan kenaikan harga beras di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) membuat para pedagang kesulitan menjual beras.

Sekretaris Jenderal IKAPPI, Reynaldi Sarijowan mengatakan saat ini permintaan beras di pasar sedang tinggi. Walaupun harga beras relatif turun tetapi harganya masih di atas HET, sehingga penjual masih kesulitan menjual barang.

Ia mendorong pemerintah untuk segera mendistribusikan beras kepada pasar-pasar tradisional maupun retail modern.

“Upaya untuk menekan harga dan upaya untuk menahan gejolak harga beras dimasa-masa saat ini, masa-masa dimana permintaan sedang tinggi-tingginya di pasar dan kami melihat harga di pasar memang relatif turun rata-rata, tapi turunnya harga beras ini masih kami anggap harganya masih di atas HET. Jadi pundi relaksasi harga HET-nya kami pedagang masih agak sulit untuk menjualnya,” kata Reynaldi Sarijowan kepada KBR, Rabu (13/3/2024).

Reynaldi mengatakan harga beras premium saat ini masih tergolong tinggi. Sebelumnya berada di kisaran Rp14.000 per kg, belakangan menjadi Rp16.000 per kg. 

Harga beras premium di Indonesia timur bahkan sudah menyentuh Rp22.000 per kg. Untuk beras medium dia menyebutkan terjadi penurunan harga saat ini di kisaran Rp 14.000 sampai Rp14.500 per kg.

Editor: Agus Luqman

  • beras
  • Presiden Jokowi
  • Jokowi
  • Harga Beras
  • harga pangan

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!