NASIONAL

Debat Capres, Ganjar Soroti Ketimpangan dan Kesetaraan

"Kami akan kerahkan seluruh Indonesia bahwa satu desa satu puskesmas ataupun pustu."

AUTHOR / Muthia Kusuma

Debat Perdana Capres, YLBHI: Tak Ada Solusi Konkret di Sektor Hukum dan HAM
Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dalam debat perdana Capres 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

KBR, Jakarta - Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo, menyoroti ketimpangan fasilitas kesehatan di beberapa daerah. Salah satunya, Ganjar menyampaikan kurangnya fasilitas kesehatan di Papua.

Dia berjanji akan mewujudkan program “Satu Desa Satu Puskesmas dan Satu Nakes” jika terpilih sebagai kepala negara.

“Di Merauke kami menemukan pendeta namanya Pak Leo. Dia harus menolong seorang ibu ingin melahirkan karena tidak adanya fasilitas kesehatan dan biaya. Dia belajar dari YouTube, sesuatu hak kesehatan yang tidak bisa didapat. Maka kita sampaikan kepada pendeta Leo, kami akan membangunkan itu, dan kami akan kerahkan seluruh Indonesia bahwa satu desa satu puskesmas ataupun pustu (puskesmas pembantu),” ucap Ganjar dalam debat capres di Kantor KPU RI, Selasa (12/12/2023).

Ganjar juga menyoroti minimnya akses terhadap lapangan pekerjaan dan akses internet.

Ganjar bercerita, bertemu masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mengeluhkan susahnya mengakses lapangan pekerjaan. Untuk itu, dia menjanjikan kemudahan dan pemerataan akses internet.

Tak hanya itu, ia juga berjanji akan menyediakan akses internet gratis untuk siswa agar meningkatkan kualitas SDM. Ganjar juga berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan guru.

Dia mengatakan, program itu akan terwujud jika pemerintah serius memberantas korupsi. Selain itu, dia memastikan akan melibatkan perempuan, anak, dan kelompok rentan lainnya dalam pembangunan untuk memenuhi hak mereka.

Baca juga:

Editor: Wahyu S.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!