Article Image

NASIONAL

Cara Meracik Brand Storytelling yang Memikat

"Brand story telling sedang digemari para marketer. Keuntungannya, selain bisa menekan bujet iklan, juga lebih mudah menggaet konsumen yang loyal"

KBR, Jakarta - Siapa tak kenal slogan “I’m lovin’ it”? tagline milik restoran McDonalds ini begitu melekat di benak konsumen. Contoh lain adalah brand sepatu Nike dengan "Just Do It". Kedua brand ini punya pelanggan yang loyal.  

Kesuksesan McD dan Nike adalah hasil dari brand storytelling yang sudah dibangun sejak lama. 

Menurut digital marketer Lintang Kresnadi, brand storytelling itu strategi menempelkan brand ke otak pembeli. Teknik ini bukan cuma mempercantik logo tapi juga kekuatan bercerita.

“Kalau dulu alatnya cukup stempel, sekarang alatnya bisa dengan storytelling. Misalnya teman-teman nggak menggunakan storytelling dalam menceritakan brand, ya belum paripurna proses branding-nya,” jelas Lintang.

Di era masifnya media sosial, teknik storytelling jadi makin efektif karena bisa lebih luas menjangkau calon pembeli. Dengan kampanye yang tepat, cara marketing ini dapat menekan bujet iklan.

“Kalau hanya mengandalkan iklan kita butuh biaya besar, padahal perusahaan harus bertumbuh. Tapi kalau kita bangun ceritanya, ikatannya dengan calon konsumen, biaya iklan kita akan semakin turun,” tutur founder Utas Digital ini.

Baca juga:

Sukses Bangun Personal Branding ala Bang Ogut

Strategi Membangun Personal Branding

Pendiri Utas Digital Lintang Kresnadi menyebut brand storytelling harus dibangun konsisten agar koneksi terjalin dengan konsumen. (Foto: Dok pribadi)

Nah, bagaimana cara awal membangun brand storytelling? Lintang menyebut teknik ini mirip dengan membuat cerita, harus ada tokoh, tujuan, serta tantangan yang dihadapi si tokoh.

“Ini sebenarnya komponen utama dari cerita. Karakternya tinggal diubah jadi persona. Persona ini mau apa, musuhnya apa, brand kita punya solusinya,” ujarnya.

Buatlah persona yang spesifik dengan target market. Semakin dekat persona tersebut dengan sasaran, maka semakin relevan dengan calon pembeli.

Sebab, kata Lintang, marketing bisnis yang baik  harus berorientasi pada konsumen. Jangan jadikan brand sebagai tokoh utama, tapi buatlah pembeli sebagai jagoan. Ia mencontohkan Xiaomi yang punya brand storytelling menarik

“Xiaomi meletakkan konsumennya yang nggak punya dana lebih untuk beli HP. Mereka jagoannya, saya berikan caranya dengan beli HP Xiaomi,” ucapnya.

Selain itu, bisnis juga jangan mau berpuas diri dengan satu konten brand storytelling. Buatlah bermacam campaign kreatif supaya bisa banyak menarik konsumen.

"Tidak semua permasalahan bisa kita serang dalam satu konten. Kita harus punya banyak konten, kita punya rencana cerita yang panjang. Kita punya brand storytelling yang besar untuk dipecah menjadi strategi konten," tutur Lintang.

Dengarkan penjelasan lengkap digital marketer dan founder Utas Digital Lintang Kresnadi di Uang Bicara episode Cara Meracik Brand Storytelling yang Memikat di KBR Prime, Spotify, Apple Podcast, dan platfrom mendengarkan podcast lainnya.