NASIONAL

Gempa M 4,6 di Sukabumi, BMKG: Zona Rawan

"Nah artinya zona tersebut memang zona yang relatif lebih rawan dibandingkan sekitarnya."

AUTHOR / Hoirunnisa

pantura
Warga melintas di reruntuhan tanah imbas gempa M 4,0 di Desa Cipeuteuy, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (9/12/2023). ANTARA FOTO/Henry Purba

KBR, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa magnitudo 4,6 yang mengguncang Sukabumi, Jawa Barat, pagi tadi, merupakan gempa tektonik dangkal yang diduga akibat pergerakan sesar aktif. Gempa terjadi pukul 6.35 WIB di darat dengan kedalaman 5 km.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, hingga sore ini terjadi empat kali gempa susulan. Secara total kata Dwikorita, wilayah tersebut telah 55 kali diguncang gempa sejak 6 Desember lalu.

"Khusus untuk fenomena hari ini, sebetulnya guncangan ini sudah terjadi 54 kali atau bahkan lebih, pagi ini tidak hanya hari ini, namun yang dirasakan hanya empat kali. Yang lain-lain adalah gempa kecil yang sangat lemah. Yang bisa merasakan hanya alat. InsyaAllah tidak akan melompat sampai (magnitudo) 6," ujar Dwikorita dalam konferensi pers di kanal Youtube BMKG, Kamis (14/12/2023).

Dia menyebut, area di sekitar pusat gempa merupakan zona rawan.

"Nah artinya zona tersebut memang zona yang relatif lebih rawan dibandingkan sekitarnya. Secara umum Indonesia adalah zona rawan gempa. Namun ada klaster-klaster tertentu yang terindikasi merupakan klaster yang relatif lebih sering mengalami gempa bumi atau lebih rawan mengalami guncangan gempa di wilayah tersebut," kata dia.

Dwikorita mengimbau masyarakat tidak panik, namun tetap waspada.

Dikutip dari ANTARA, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan gempa tersebut menyebabkan 68 rumah warga rusak. Rinciannya 61 rumah di Kabupaten Bogor dan 7 lainnya di Kabupaten Sukabumi.

Baca juga:

Editor: Wahyu S.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!