NASIONAL

Buruh: Jangan Jadikan Isu Boikot Produk Israel Alasan untuk PHK

PHK sepihak dan massal sudah banyak dilakukan oleh pengusaha sebelum adanya gerakan boikot Israel.

AUTHOR / Astri Septiani

Boikot
Puluhan mahasiswa dari berbagai elemen menggelar aksi ajakan boikot produk israel di bundaran tugu adipura, Tangerang, Banten, Jumat (11/7). (ANTARA FOTO/Lucky

KBR, Jakarta - Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek Indonesia) meminta pengusaha jangan menjadikan gerakan boikot produk Israel sebagai alasan untuk pemutusan hubungan kerja (PHK).

Presiden Aspek Indonesia Mirah Sumirat mengatakan PHK sepihak dan massal sudah banyak dilakukan oleh pengusaha sebelum adanya gerakan boikot Israel.

Kata dia, Undang-Undang Cipta Kerja juga makin memudahkan PHK dan praktik kerja kontrak dan outsourcing yang merugikan buruh.

"Jadi seperti seolah-olah para pelaku usaha ini mencari kambing hitam atau mendompleng dengan isu produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. Saya kira ini terlalu berlebihan pengusaha atau pelaku usaha dalam mengambil sikap terhadap para pekerjanya untuk kemudian melakukan PHK. Jadi PHK itu sebenarnya bukan karena pemboikotan," kata Mirah kepada KBR, Minggu (10/12/2023).

Kata Mirah, akar penyebab maraknya PHK massal di Indonesia bukan pada gerakan boikot Israel.

Baca juga:

Dia menuding pemerintah membuat regulasi yang makin memudahkan PHK dengan menurunkan nilai pesangon. Dia juga menuding pengusaha yang makin serakah ingin memperkaya korporasi dengan menekan biaya kesejahteraan pekerja.

Mirah menilai gerakan boikot produk terafiliasi Israel adalah gerakan moral rakyat Indonesia yang sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945.

Menurutnya, gerakan boikot seharusnya bisa dimanfaatkan oleh pengusaha sebagai peluang untuk lebih memajukan usaha-usaha lokal asli Indonesia.

Sebelumnya, sebagian kalangan masyarakat menyerukan aksi boikot penggunaan produk-produk yang berafiliasi atau memberikan dukungan terhadap Israel. Aksi boikot tak lepas dari agresi Israel yang menyasar rakyat Palestina dan fasilitas-fasilitas kemanusiaan di sana.

Editor: Wahyu S.

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!