BERITA
Apa Kabar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Bidang Pendidikan?
Penggunaan teknologi untuk sektor pendidikan baru 15 persen dari 132 juta user internet se-Indonesia.
AUTHOR / Aika Renata
KBR, Jakarta - Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di bidang pendidikan
berpotensi mendukung proses mengajar dan belajar. Terdapat 2 aspek berbeda
terkait TIK dalam pendidikan ini, yang pertama menggunakan potensi TIK secara
terpadu sehari-hari dalam proses belajar-mengajar. Ini demi meningkatkan
kualitas pembelajaran. Semisal jejaring sosial Facebook oleh pengajar
untuk menghidupkan tokoh-tokoh yang ada dalam novel dan puisi. Atau
‘memutarbalikkan kelas’ yaitu dengan menyampaikan pelajaran lewat internet atau
siaran televisi.
Kedua, yaitu mempelajari komputasi (computing), di mana di dalamnya terdapat
elemen TIK, sebagai sebuah displin ilmu yang mandiri dan sebagai bentuk
pembekalan murid dengan keterampilan digital yang dibutuhkan di abad ke-21 ini.
Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) Indonesia kemudian
melakukan kajian umum tentang pemanfaatan TIK dalam pendidikan. Kajian tersebut
dilakukan di Papua. Dalam perbincangan Bidik Jitu (Bincang Pendidikan Kebijakan
& Mutu) pada Rabu (16/11/2016) lalu, menurut Senior Advisor for Knowledge
Management and Communication ACDP Indonesia, Totok Amin Soefijanto
alasan pemilihan Papua karena pengembangan TIK-nya cukup tertinggal jauh
dibanding daerah lain. Dari sanalah kemudian akan dijadikan model studi di
wilayah lain.
"Kalau Papua saja persoalan TIK bisa beres, secara keseluruhan pasti bisa
beres. Karena memang ini yang tertinggal dibanding yang lainnya," ujar
Totok.
Sementara itu, menurut Kasubdit Pengkajian & Perancangan Jejaring Pustekkom
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hasan Habibie, TIK tidak bisa dipisahkan
dari dunia pendidikan masa kini. Ini, kata dia, dikarenakan sebagian besar
pengguna teknologi informasi merupakan usia pelajar. "Pelajar kita saat
ini adalah generasi milenial, sejak lahir pun sudah bersentuhan dengan
perangkat teknologi. Tinggal bagaimana mengkombinasikan teknologi dalam proses
belajar mengajar. Ini masih jadi PR besar kita," pungkas Hasan.
Hasan melanjutkan, penggunaan teknologi untuk sektor pendidikan baru 15 persen
dari 132 juta user internet se-Indonesia. Ini, kata dia, karena sebagian besar
masih digunakan untuk kebutuhan hiburan, bukan edukasi.
Pendiri Komunitas Sejuta Guru Ngeblog, Wijaya Kusumah atau kerap disapa Om Jay
pun angkat suara. Menurut Jay, kemampuan tenaga pengajar sekolah di Indonesia
masih relatif rendah di bidang teknologi. Ini, lanjutnya, merupakan hasil
survey kecil yang dilakukannya di 13 kota di Indonesia.
"Untuk menggunakan Power Point saja masih sulit. Ini terjadi di Bekasi, belum
sampai Papua lho," ujar Jay.
Kendala ini, lanjut Jay, karena masih dipisahkan antara TIK sebagai alat
(tools) dengan TIK sebagai ilmu. "Jika ilmu dengan alat bantu ini
dikombinasikan dengan baik," lanjutnya.
Kembali ke Totok. Menurutnya, upaya untuk menyiapkan guru dan tenaga pengajar
agar "melek" TIK yaitu dengan memasukkan materi TIK khusus bagi guru.
Upaya ini, kata Totok, dapat didukung dengan melibatkan pengusaha industri
teknologi untuk menyediakan sarana prasarana. "Dari studi kami, niat dari
industri sudah ada tapi harus ada kebijakan pemerintah yang menjadikannya
'gayung bersambut' begitu," kata dia.
"Tidak bisa dari swasta saja. Dari 213 ribu sekolah se-Indonesia, 48 ribu sekolah belum tersambung dengan internet dan 15 ribu sekolah belum terhubung listrik. Ini besar sekali," tutup Totok.(Mlk)
Komentar
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!