indeks
Memberdayakan Perempuan Pakistan Lewat Sulaman

Lembah Swat Pakistan terkenal dengan sulaman tradisionalnya

Penulis: Mudassar Shah

Editor:

Google News
Memberdayakan Perempuan Pakistan Lewat Sulaman
Pakistan Tapestry, Mudassar Shah

Lembah Swat Pakistan terkenal dengan sulaman tradisionalnya – sesuatu yang dilarang saat Taliban berkuasa.

Pusat kerajinan tangan dipaksa tutup dan para perempuan diperingatkan untuk tidak keluar rumah tanpa ditemani anggota keluarga laki-laki.

Kini Taliban telah pergi dan perlahan hidup mulai berubah, tapi kemiskinan masih terjadi di banyak desa.

Beberapa perempuan mengandalkan ketrampilan sulaman untuk bertahan hidup.

Shima, 27 tahun, sedang sibuk menyulam di pusat sulaman di Mingora.

“Tidak ada peluang kerja bagi perempuan buta huruf seperti saya. Jika tidak ada pusat sulaman ini, saya akan bekerja di rumah orang lain.

Saya suka bekerja di tempat ini karena saya bisa bekerja kapan saya mau. Jika saya kurang sehat saya bisa libur sehari. Saya tidak akan bisa melakukan itu bila bekerja di rumah orang lain.”

Shima sekolah hanya sampai kelas lima. Ibu Shima hanya ibu rumah tangga sementara ayahnya buta dan tidak bisa bekerja.

“Sebagian besar perempuan yang bekerja di pusat sulaman ini punya anak perempuan. Mereka menabung uang yang didapat dari sini untuk membayar mas kawin anaknya di masa mendatang. Ini akan sangat membantu anak perempuan dari keluarga miskin karena saudara laki-lakinya tidak peduli bila saudara perempuannya menikah.”

Pusat sulaman ini digagas oleh Musarat Ahmedzeb, putri bekas keluarga kerajaan Swat.

Ia memulai pusat itu tahun 2007, saat Taliban masih berkuasa di Lembah itu. Tapi baginya, Taliban bukanlah tantangan terbesar.

“Kami tidak bisa mendapatkan bahan baku sulaman termasuk benang. Juga sulit memasarkan sulaman itu atau untuk membeli persediaan.

Tapi jika Anda bertanya soal ancaman, saya tidak takut pada siapapun. Saya hanya takut pada Tuhan.”

Musarat terinspirasi oleh seorang janda miskin yang ia temui di Mingora.

“Saya berbincang dengan seorang perempuan. Saya bertanya padanya, 'apakah dia lebih suka bekerja atau mengemis?' Lalu saya lihat matanya bersinar. Ia menjawab 'jika saya bisa bekerja buat apa saya mengemis?' Perempuan ini benar-benar mengubah cara pandang saya.”

Musarat menguras tabungannya sendiri untuk membeli mesin jahit listrik, alat tenun dan barang-barang lainnya.

Kini ada tiga pusat sulaman di Lembah itu yang mempekerjakan lebih dari seratus perempuan.

“Saya butuh sebuah toko. Saya butuh pengakuan. Kami tidak mau bantuan. Kami hanya ingin pekerjaan kami dihargai. Beri kami toko. Saya kira ini bukan hal yang berat. Ini akan mengubah hidup banyak perempuan.”

Q. Jika tidak, mereka akan kembali rentan?

“Betul, mereka akan menjadi rentan...”

Q. Akankah mereka berpaling lagi pada Taliban?

“Bisa jadi. Itu sebabnya kita harus memberi makan perut yang kosong. Dengan perut kosong semua hal mungkin terjadi.”

Pusat sulaman saat ini menproduksi sulaman khas Swat warna warni untuk pakaian, serbet dan barang lain. Sulaman-sulaman ini dijual di banyak kota besar.

Dan para perempuan di balik kerajinan indah ini dilatih secara gratis.

Musarat yakin sangat penting untuk memberdayakan perempuan di Lembah itu.

“Para perempuanlah yang menderita. Perempuan yang melahirkan dan yang punya kekuatan untuk membimbing anak-anak. Jadi jika kita memberikan pendapatan tetap pada perempuan, Anda bisa melihat mereka santai. Apa yang bisa dilakukannya? Menyekolahkan anak-anaknya, dan berpikir tentang kesejahteraan mereka. Jadi saya pikir perempuanlah yang menjadi fokus kita.”

Pakistan Tapestry
Mudassar Shah

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...