Article Image

ARTIKEL PODCAST

Ciptakan Customer Loyalty dengan Brand Equity

"Memiliki konsumen loyal adalah impian semua brand. Hal itu bisa dicapai kalau punya strategi, salah satunya dengan membangun brand equity"

KBR, Jakarta - Istilah brand equity atau ekuitas merek mungkin masih asing di telinga sebagian orang. Namun, di dunia marketing, brand equity ini jadi dambaan para pebisnis.

Nisaul Aulia, brand strategist, menjelaskan, secara sederhana brand equity adalah nilai ekonomi dari sebuah merek.

“Bisa diartikan kekuatan brand untuk memengaruhi orang-orang bikin keputusan, mulai dari pengin kenal, beli produk dari si brand,” jelas Lia.

Suatu merek dikatakan memiliki brand equity yang baik jika punya konsumen loyal. Memang tak mudah dan butuh waktu untuk mencapai ekuitas merek, tapi worth it buat diperjuangkan, sebab impact-nya bagus untuk bisnis ke depan. 

"Jadi kayak kalau pindah ke lain brand itu rasanya kita selingkuh, ada perasaan-perasaan psikologi yang seperti itu. Nah, kekuatan economic value ini lah yang dikejar sama brand," katanya.

Supaya punya konsumen loyal, brand harus dikenal dan diterima dulu, makanya brand acceptance perlu dibangun. Tanda sebuah merek yang memiliki brand acceptance adalah produk mereka sudah diakui dan mendapat respon positif dari pasar.

"Kita harus membangun persepsi yang tepat artinya persepsi terhadap profesionalitas kita, kredibilitas kita, kualitas kita, kita diakui enggak sih kredibilitas atau kualitas yang ingin kita deliver ke target market itu?," papar Lia.

Baca juga: 

Sukses Personal Branding ala Bang Ogut

Taktik Bangun Brand UMKM dari Nol

Brand Strategist Nisaul Aulia menyebut brand equity adalah bagian dari strategi membangun brand, termasuknya membuat citra yang dapat menarik konsumen. (Dok pribadi)

Masyarakat yang sudah menerima suatu brand artinya melihat sebuah nilai atau value proposition dari merek tersebut. Nilai biasanya berisi keunggulan yang dapat menjawab kesulitan yang dihadapi target market. Nilai juga berfungsi sebagai pembeda antara satu merek dengan lainnya.

Kemudian, saat konsumen sudah jatuh hati dengan brand, biasanya mereka tidak keberatan membayar lebih mahal. Sebab, produk itu bisa memberikan kepuasan serta menyelesaikan masalah si konsumen.

“Sepatu Compass ini udah main di price premium, di saat brand lokal itu terasosiasi dengan harga murah, tapi toh orang tetap loyal menggunakan Compass bahkan mengkoleksi sepatu Compass misalnya dengan harga Rp2 juta, Rp3 juta,” jelas Nisa.

Menurut Nisa, perjalanan mencapai brand equity pasti berbeda-beda, tergantung sumber daya yang dimiliki perusahaan. Namun, penting banget untuk terlebih dahulu membangun pondasi brand yang kokoh, sehingga strategi yang dipilih bisa membuahkan hasil maksimal.

Dengarkan penjelasan brand strategist Nisaul Aulia dalam Uang Bicara episode Ciptakan Customer Loyalty dengan Brand Equity di KBR Prime, Spotify, Noice, dan platform mendengarkan podcast lainnya.