Inflasi medis di Indonesia melebihi 10%, salah satunya dipicu oleh overclaim. Skema pembayaran co-payment dinilai bisa membantu menyelamatkan indusri asuransi.
Penulis: Nafisa Deana
Editor: Valda Kustarini

- Inflasi medis parah sebabkan kerugian asuransi; wacana co-payment 10% nasabah ditinjau ulang OJK.
- Co-payment solusi temporer saja; perilaku overklaim pengguna juga memperparah kondisi klaim asuransi.
- Solusi efektif perlukan kerja sama regulator, asuransi, dan pengguna.
KBR, Jakarta – Wacana co-payment (pembayaran bersama) asuransi jadi perbincangan di kalangan nasabah. Di tengah kondisi ekonomi masyarakat yang tertekan, skema co-payment justru berpotensi mendapat penolakan dari pengguna asuransi.
Apa itu skema co-payment?
Aturan co-payment asuransi terutang dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) No.7 Tahun 2025 soal penerapan co-payment asuransi kesehatan swasta. Artinya, nasabah akan menanggung 10% dari total biaya perawatan. Plafon maksimal co-payment direncanakan sebesar Rp300.000 untuk rawat jalan, dan Rp3.000.000 untuk rawat inap.
Awalnya beleid ini mulai berlaku 1 Januari 2026, namun OJK memilih untuk meninjau ulang aturan ini karena banyak pihak kontra dengan keputusan co-payment.
Latar belakang skema co-payment
Biaya layanan dan produk kesehatan harganya meningkat setiap tahunnya. Bahkan, Indonesia mengalami inflasi medis melebihi 10%. Tahun ini, Mercer Marsh Benefits memperkirakan inflasi medis di Indonesia mencapai 19%.
Salah satu penyebab inflasi medis Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengungkapkan bisnis perlindungan kesehatan pada 2024 mengalami kerugian. Rasio klaim kesehatan asuransi jiwa mencapai 121,8% per akhir 2024. Perusahaan asuransi pun harus menanggung defisit klaim kesehatan hingga Rp4,34 triliun.
Salah satu solusi dari inflasi medis yang terus meningkat adalah dengan penyesuaian harga premi (repricing).

Co-payment, Solusi Fenomena Repricing Premi?
Meski langkah co-payment yang dikeluarkan regulator sebagai upaya menyelamatkan industri asuransi, Ahli Asuransi Lionart Virdians menilai hal ini hanya solusi sementara dari masalah iinflasi medis.
Menurutnya, selain ada solusi untuk industri, pemerintah harus memberikan jalan keluar untuk pengguna asuransi. Sebab, konsumen pasti diminta untuk membayar lebih mahal karena ada kenaikan premi.
Sementara itu, di tengah kondisi ekonomi yang masih menantang, konsumen berpotensi untuk menurunkan kelas asuransi atau keluar dari keanggotaan.
"Pasti banyak orang yang give up, mundur. Tapi tentunya pemerintah juga gak ingin membiarkan masyarakat gak punya perlindungan sama sekali," kata Lionart.
Masalah Overklaim dan Overutilisasi
Di luar dari faktor inflasi medis, persoalan perilaku pengguna asuransi dan rumah sakit dalam memanfaatkan produk asuransi "sesuai tagihan" atau as charged juga berkontribusi pada meningkatnya klaim kesehatan.
Produk as charged memang memberikan fleksibilitas bagi pengguna asuransi asalkan biaya klaim tidak melebihi batas tahunan dalam polis. Maka di luar itu, seluruh biaya yang ditagih rumah sakit seperti obat, biaya kamar, maupun tindakan medis tidak memiliki batas dan akan ditanggung oleh asuransi.
"Sebetulnya solusi ini bagus ya, menolong orang-orang yang mungkin sakitnya berat, sehingga dia punya budget ekstra, gak ada limit-limit. Cuma baik lagi, ada yang melihat ini kayaknya kesempatan juga nih, bisa overutilisasi dan sebagainya," jelas Lionart.
Sayangnya, banyak oknum pengguna asuransi yang secara sengaja melakukan klaim kesehatan padahal tidak berada dalam kondisi yang membutuhkan perawatan medis. Bahkan lebih lanjut, pelaku overutilisasi bisa juga bersekongkol dengan oknum dari pihak rumah sakit.
"Ada orang-orang yang punya asuransi, saya sudah bayar premi, tapi saya gak pernah pakai nih. Rugi nih kayaknya, ya sudah deh saya kayaknya lagi gak enak sedikit, sudah deh masuk rumah sakit. Ini kan juga salah satu pemicunya," ucap Lionart.

Baca Juga:
Kunci Efektivitas Co-payment: Menjaga Kedisiplinan Ekosistem Asuransi
Lionart menilai co-payment bisa efektif menjadi solusi permasalahan industri asuransi apabila ada kerja sama dari berbagai pihak. Selain dari sisi regulator, perusahaan asuransi perlu melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap layanan kesehatan rumah sakit untuk menghindari celah overutilisasi.
Sementara dari sisi pengguna asuransi, terapkan gaya hidup sehat untuk menghindari pemanfaatan asuransi kesehatan yang berlebih. Gunakanlah asuransi kesehatan dalam keadaan yang mendesak dan sesuai dengan kebutuhan.
"Kenali personal finance kamu. Dan setelah kalian punya pos-posnya, yang berikutnya adalah kalian perlu diskusi sama orang terpercaya yang mengerti (asuransi). Sehingga budget untuk asuransi kamu bisa ditekan, tapi manfaatnya maksimal," ujar Lionart.
Strategi Mengatur Kebutuhan Asuransi Bagi Generasi Muda
Generasi muda seringkali dihadapkan dengan kebingungan dalam mengatur prioritas asuransi. Menurut Lionart, BPJS Kesehatan masih jadi pilihan asuransi utama banyak orang. Namun, idealnya setiap perusahaan menyediakan asuransi kesehatan juga bagi para pekerjanya.
Ia menyarankan supaya generasi muda memanfaatkan benefit yang diberikan pemerintah maupun perusahaan. Jangan sampai para pekerja muda mengambil asuransi kesehatan swasta lagi yang justru akan membebani keuangan pribadinya.
"Itu kan tumpang tindih, overlap banget. Apabila sudah punya asuransi kesehatan dari kantor atau cukup nyaman dengan BPJS, saya akan sarankan ke life (asuransi jiwa), misalkan. Karena itu untuk menggantikan aset kita kalau kita kenapa-kenapa," kata Lionart.
Lionart juga menekankan pentingnya mengatur risiko (risk management) terutama dalam skenario kehilangan nyawa terjadi lebih cepat dari yang dibayangkan. Terutama bagi para sandwich generation yang masih menanggung kehidupan keluarga, asuransi jiwa bisa bermanfaat sebagai pegangan sementara bagi yang ditinggalkan.
"Nah, sebagai tulang punggung, bukan hanya kesehatan loh. Karena kesehatan buat Anda pribadi, tapi asuransi jiwa juga mesti dilengkapi. Amit-amit kita tutup usia lebih awal, mereka yang kita tinggalkan nggak turun gaya hidupnya," sebut Lionart.
Baca Juga:
Dengarkan juga perbincangan Ahli Asuransi Lionart Virdians di Uang Bicara episode Co-Payment Asuransi, Konsumen Ikut Nanggung Klaim Kesehatan. Adilkah?