Dewan Guru Besar BINUS hadirkan solusi strategis atas tantangan global melalui forum lintas disiplin dalam peringatan Dies Natalis ke-44.
Penulis: Auzan Farhansyah
Editor: Don Brady

KBR, Jakarta - Dunia tengah menghadapi tantangan multidimensi yang semakin kompleks dari disrupsi teknologi, ketidakpastian ekonomi global, dinamika politik dan hukum, hingga krisis dalam pendidikan serta nilai-nilai kemanusiaan. Merespons kondisi tersebut, Dewan Guru Besar BINUS University hadir sebagai garda intelektual yang tak hanya menganalisis persoalan, tapi juga menawarkan solusi konkret berbasis keilmuan lintas disiplin.
Dalam momentum Dies Natalis ke-44 BINUS University, para guru besar dari berbagai bidang ilmu menyampaikan refleksi dan rekomendasi strategis melalui sebuah forum akademik yang sekaligus menjadi wujud komitmen BINUS sebagai institusi pendidikan tinggi yang aktif menjawab kebutuhan bangsa dan dunia.
Ketua Dewan Guru Besar BINUS University, Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, M.M., membuka forum dengan menegaskan bahwa Dewan Guru Besar bukan sekadar entitas akademik, tetapi juga hadir sebagai suara moral dan ilmiah yang membumi.
"Dewan Guru Besar adalah kekuatan intelektual BINUS yang hadir tidak hanya untuk membimbing dunia akademik, tapi juga sebagai suara moral dan ilmiah yang menjawab persoalan masyarakat dan bangsa,” ujarnya
Forum ini sejalan dengan visi besar BINUS 2035: A World-class University, Fostering and Empowering the Society in Building and Serving the Nation. Komitmen tersebut diwujudkan lewat pendidikan, riset, dan pendampingan aktif terhadap masyarakat dalam menghadapi perubahan yang berkelanjutan.
Beberapa pandangan kunci yang disampaikan dalam forum tersebut antara lain:
-
Prof. Dr. Ir. Derwin Suhartono, S.Kom., MTI menyoroti pentingnya kebijakan nasional yang agile dalam menghadapi percepatan disrupsi teknologi digital. Tanpa regulasi yang adaptif, inovasi bisa kehilangan arah dan menimbulkan risiko baru.
-
Prof. Yanthi Rumbina Ianova Hutagaol, S.P., M.Acc., Ph.D. mengingatkan bahwa digitalisasi ekonomi harus tetap berlandaskan etika, khususnya dalam praktik UMKM. Keberhasilan transformasi digital ditentukan oleh keberanian menjaga integritas dan keadilan sosial.
-
Prof. Dr. Shidarta, S.H., M.Hum. menekankan pentingnya pendekatan etika dalam penegakan hukum dan stabilitas politik. Pendidikan hukum dan peran publik dinilai kunci dalam memperkuat kepercayaan terhadap sistem hukum.
-
Prof. Dr. Nesti F. Sianipar, S.P., M.Si. membahas tantangan lintas generasi seperti ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat, serta bagaimana inovasi dapat berperan dalam menjaga kestabilan sosial.
-
Prof. Dr. Ir. Sasmoko, M.Pd., M.A., CIRR, IPU, ASEAN Eng., SMIEEE menyoroti pentingnya kecerdasan buatan dalam mendukung revolusi pendidikan. AI dinilai bukan sebagai pengganti guru, tetapi partner strategis untuk pengalaman belajar yang lebih personal dan bermakna.
-
Prof. Gatot Soepriyanto, S.E., Ak., M.Buss (Acc)., Ph.D., CA, CFE mengangkat refleksi atas kegagalan banyak startup di Indonesia yang disebabkan oleh minimnya literasi keuangan dan lemahnya tata kelola perusahaan.
Forum ini menegaskan bahwa BINUS University tidak hanya berperan mencetak lulusan unggul, tapi juga aktif menawarkan pemikiran dan kontribusi nyata dalam pembangunan bangsa.
“Kami percaya bahwa dunia saat ini membutuhkan lebih dari sekadar wacana. Dunia membutuhkan solusi. Dan solusi lahir dari pemikiran yang tajam dan kolaboratif,” tutup Prof. Harjanto.
Melalui Dewan Guru Besarnya, BINUS menunjukkan bahwa pengembangan akademik bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk menghadirkan dampak sosial yang luas dan berkelanjutan.
Baca juga: Trump Patok Tarif 32 Persen: Pemerintah Melobi, Industri Terancam, Diplomasi Dipertanyakan