indeks
Yohanes Surya: Tidak Ada Anak yang Bodoh

Prof Yo yakin semua anak bisa hebat asal dilatih dengan baik.

Penulis: Arin Swandari

Editor:

Google News
Yohanes Surya: Tidak Ada Anak yang Bodoh
Yohanes Surya, olimpiade fisika

KBR, Jakarta – Nama Yohanes Surya tak asing di bidang pendidikan. Profesor yang satu ini sukses membawa anak-anak Indonesia menjuarai Olimpiade Fisika Internasional dari tahun ke tahun. Prof Yo, begitu ia biasa dipanggil, juga populer dengan kampanyenya bahwa fisika itu gampang, asyik dan menyenangkan – disingkat ‘Fisika Gasing’. Tak cuma itu, fisika pun dipakai Prof Yo untuk menelaah fenomena sosial, politik dan ekonomi. Apa yang dicari oleh seorang Prof Yo sekarang? 


Beberapa kali Anda menegaskan bahwa tidak ada anak yang bodoh tetapi gurunya yang salah atau cara mengajarnya yang salah. Apa yang ingin disampaikan dari hal tersebut?


“Sebenarnya saya melihat di Indonesia ini banyak sekali anak-anak yang belum dapat kesempatan belajar dari guru yang baik dengan metode yang tepat. Akibatnya anak-anak ini tidak bisa belajar dengan baik lalu munculah istilah mereka bodoh. Padahal sesungguhnya mereka tidak bodoh, coba kasih kesempatan yang sama dengan orang-orang yang sudah punya kesempatan itu mereka akan melejit luar biasa, itu sudah saya buktikan berkali-kali. Ternyata memang benar anak dari daerah pedalaman yang dianggap tidak punya pengetahuan yang baik tapi begitu dilatih mereka jadi luar biasa sekali.” 


Dulu saya waktu SMA kelas 1 misalnya belajar fisika semalam suntuk  tapi hasil nilainya hanya 6. Apa yang terjadi dengan manusia seperti saya?


“Sebenarnya belajar fisika tidak bisa belajarnya kebut semalam. Sebenarnya itu masalah mungkin dia belum dapat pencerahan lewat guru yang bisa mencerahkan atau mungkin dia belum dapat metode yang baik dan benar untuk belajar fisika. Sebab kalau dia tahu metode yang baik dan benar anak SD pun bisa mengerjakan soal fisika SMA kok. Soalnya saya sudah buktikan dengan anak-anak dari pedalaman, saya latih di sini dengan metode yang baik soal-soal fisika SMA saya kasih mereka bisa.” 


Kalau memang yang salah adalah metodenya apa yang bisa kita lakukan untuk segera meluruskan kesalahan itu yang bisa lebih masif dilakukan untuk anak-anak di negeri ini?


“Salah satunya adalah melatih ulang para guru. Jadi dengan metode yang lebih tepat ini, sebenarnya saya sedang melakukan lewat sekolah keguruan yang saya dirikan yaitu STKIP Surya. Saya mencoba melatih anak-anak dari pedalaman tentang metode pembelajaran yang saya namakan GASING (Gampang Asyik Menyenangkan) bisa juga dibilang metode yang tidak pusing. Anak-anak ini dilatih lalu kita harapkan mereka kembali bisa menerapkan metode yang baik ini kepada anak-anak di pedalaman. Jadi kalau orang dari sana pulang kan dia bisa tinggal bertahun-tahun di sana, kalau guru dari kota disuruh ke pedalaman paling mereka cuma tahan beberapa bulan. Tapi kalau orang asli di sana dia bisa membangun daerahnya. Itu sebabnya saya kenapa ambil anak-anak dari pedalaman di STKIP Surya ini.”


Salah satunya adalah Papua, kenapa?


“Di Papua kita melatih orang-orang Papua untuk belajar fisika dan sains secara gampang, asyik, dan menyenangkan. Jadi mereka dibawa ke Jakarta lalu nanti dikembalikan ke sana.” 


Pilihan Papua itu ada pilihan tersendiri alasan personal atau memang karena dianggap paling tertinggal di Indonesia?


“Pertama karena daerah ini dianggap daerah paling tertinggal, kedua respon mereka positif sekali. Jadi mereka ingin sekali daerahnya maju, mereka ingin juga daerahnya seperti kota-kota yang lain. Itu sebabnya ketika kami tawarkan mereka responnya sangat positif.”


Ada Kabupaten Kerom, Tolikara begitu ya?


“Betul ada Kerom, Tolikara, Puncak Jaya, Wamena itu daerah pedalaman sekali.” 


Hasil dari adik-adik kita dari Papua itu sejauh ini sampai di mana?


“Sejauh ini mereka baik. Artinya mereka yang datang anak SMA kelas 3 menghitung 8 x 18 saja tidak bisa, sekarang sudah mulai mempunyai kemampuan menghitung baik dan mereka sedang disiapkan teaching method-nya juga sehingga mereka diharapkan ketika kembali mereka bisa mengajar.” 


Setelah Anda bergaul dengan anak-anak, mengajar mereka. Bagaimana Anda menarik kesimpulan kapasitas anak Indonesia kalau dibandingkan anak-anak negara lain yang sudah mendapatkan metode yang jauh lebih baik atau benar?


“Sebenarnya kalau dibilang potensi tidak kalah kita. Jadi kalau anak-anak ini bisa dilatih dengan baik dia bisa jadi hebat, contohnya kita selama ini Olimpiade Fisika selalu dapat emas. Karena anaknya memang bagus, anak-anak kita punya potensi ketika dilatih dengan metode yang baik ya mereka bisa jadi.” 


Metode yang Anda gunakan ini di luar negeri juga digunakan atau Anda temukan sendiri?


“Metode ini saya temukan sendiri. Tapi mungkin di luar negeri pun orang menggunakan dengan metode yang lain, tiap daerah berbeda. Lalu saya menemukan ini bisa untuk orang-orang Indonesia tapi juga bisa secara umum sebenarnya. Ini hasil analisa saya selama katakan 20 tahun terakhir ini.    


Metode yang digunakan itu secara sederhana seperti apa?


“Seperti fisika kita mengajarnya tanpa menggunakan rumus. Misalnya ada dua benda bergerak saling berhadapan misalnya sepeda si Ali dan Amir, si Ali dan Amir bergerak saling berhadapan, kecepatan sepeda itu anggap 5 meter per detik. Mereka bergerak saling berhadapan, jarak mereka katakanlah 50 meter, pertanyaannya kapan mereka akan ketemu. Terus orang selalu pikir pakai rumus, kita pakai logika saja Ali bergerak dengan 5 meter per detik, si Amir 5 meter per detik. Berarti 1 detik tambah dekat 10 meter karena Ali dan Amir maju sama-sama 5 meter, jadi 10 meter 1 detik, sekarang jaraknya 50 meter berarti 5 detik ketemu.” 


Persisnya kapan Anda mulai jatuh cinta pada fisika dan ada peristiwa apa yang mendasari itu?


“Sebenarnya lebih banyak waktu SMA karena pengaruh guru. Gurunya itu Pak Handoyo cukup menarik kalau mengilustrasikan fisika. Pernah ada satu kisah tentang percepatan, ada satu anak yang cukup nakal disuruh jalan terus dijorokin sama dia, ya itulah percepatan. Terus makin belajar saya lihat fisika memang menarik.”

Yohanes Surya
olimpiade fisika

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...