"Saya akan membuka ruang untuk duduk bersama."
Penulis: Arin Swandari
Editor:

KBR68H, Jakarta – Bulan April mendatang adalah saat penting bagi perjalanan karir seorang Bima Arya. Saat itulah ia akan dilantik menjadi Walikota Bogor, Jawa Barat. Di usia 42 tahun, politisi Partai Amanat Nasional ini ditantang untuk menyelesaikan banyak persoalan di daerah tersebut, salah satunya adalah soal penyegelan gereja GKI Yasmin, Bogor. Apa saja yang sudah disiapkan Bima Arya untuk menyelesaikan masalah GKI Yasmin?
Simak perbincangan dalam Sarapan Bersama Bima Arya yang disiarkan di KBR68H, TV Tempo dan PortalKBR.
Banyak orang berharap Anda akan menyelesaikan kasus Gereja Yasmin, apa yang sudah Anda pikirkan untuk itu?
“Saya tidak terlibat secara langsung karena tidak ada dalam pemerintahan dalam proses perundingan. Tetapi yang saya amati dari luar ini menjadi persoalan yang kemudian membesar karena lemahnya proses negosiasi dan komunikasi yang dibangun. Jadi harusnya ke depan itu diperlukan sistem perundingan tripartit baik antara gereja, masyarakat atau warga dengan pemerintah kota. Kalau sudah duduk bersama saya yakin akan bisa dicapai satu solusi yang bisa diterima semua. Persoalan ini sekarang berkembang menjadi sangat politis, sensitif. Di kalangan grass roots saya menerima banyak sekali harapan-harapan agar gereja tersebut tidak dibuka dan tidak dilanjutkan, tetapi dari kalangan moderat dan kalangan pluralis menganggap bahwa itu ada kaitannya dengan pluralisme atau kebebasan beragama.”
(baca juga: GKI Yasmin: Wali Kota Terpilih Harus Berani Jalankan Keputusan MA)
Anda akan membuat wadah itu dalam awal pemerintahan?
“Iya. Saya akan membuka ruang, ini perundingan yang sangat informal sebetulnya dan saya yakin kalau sudah duduk bersama. Sekarang pun saya banyak berkomunikasi dengan kawan-kawan dari gereja, katedral, para romo untuk mendengar harapan mereka termasuk para kyai, para habib yang ada di Bogor supaya ada satu kesamaan pandang. Karena ini persoalan yang sangat sensitif, jadi saya sadar ini harus selesai tetapi tidak boleh tergesa-gesa juga karena menyangkut kepentingan banyak. Pada prinsipnya saya orang yang sangat setuju untuk penghargaan terhadap keberagaman pluralisme tapi di sisi lain realita sosial politik juga harus dihitung.”
Ada targetnya?
“Tidak ada target yang pasti dalam masa pemerintahan kita persoalan itu tidak lagi menjadi bom waktu.”
Tapi ada kelompok yang bermain yang dianggap di balik penolakan terhadap GKI Yasmin. Anda sendiri sudah mulai meraba itu?
“Saya belum terlalu jauh masuk ke dalam wilayah itu. Tetapi yang saya tangkap informasi itu berbeda-beda, banyak kelompok grass roots ini persoalan akidah tetapi kalangan moderat menganggap ini persoalan yang dipolitisir. Ada juga yang melihat ini dalam konteks hukum, konteks hukum bahwa MA sudah memerintahkan. Tetapi dalam konteks hukum pun ada pandangan yang juga berbeda. Cara pandang inilah yang harus disatukan dalam satu frekuensi, ini yang akan saya perjuangkan ke depan.”
Kalau tahun 2015 kira-kira kelar?
"Insya Allah harusnya bisa selesai."
(Baca juga: Walikota Bogor: Bogor Akan Berlakukan Moratorium Mal)
Editor: Citra Dyah Prastuti