indeks
Star Trek Into Darkness: Mencari Buronan ke Planet Gelap

KBR68H, Jakarta - Tinggal hitungan jari, akhirnya Trekkie (panggilan bagi pecinta film Star Trek-red) akan kembali menyaksikkan film klasik Star Trek.

Penulis: Pebriansyah Ariefana

Editor:

Google News
Star Trek Into Darkness: Mencari Buronan ke Planet Gelap
star trek, into darkness, jj abrams

KBR68H, Jakarta - Tinggal hitungan jari, akhirnya Trekkie (panggilan bagi pecinta film Star Trek-red) akan kembali menyaksikkan film klasik Star Trek. Namun sekarang film garapan J.J Abrams ini bertajuk 'Star Trek Into Darkness' atau Star Trek ID. Film ini akan ditayangkan 17 Mei serentak di Indonesia dan Amerika.

Menunggu Star Trek ID ini entah mengapa ada semacam penasaran di dalam pikiran. Berharap film yang sudah berusia 47 tahun ini bisa memberikan nostalgia seperti di tahun 2009 lalu. Saat itu Star Trek juga dibuat J.J. Abrams.

Star Trek ID ini mempunyai cerita yang lebih dewasa, namun juga tidak mudah dicerna untuk Trekkie pemula. Semisal di awal cerita, ketika
kapal Enterprise kembali ke bumi dalam misi mencari dunia baru dan peradaban baru di jagad raya. Kru Enterprise menemukan acaman di bumi. Sebuah ancaman yang diyakini akan mengubah masa depan manusia. Akhirnya seorang kapten muda, James T. Kirk memberanikan diri menerima tawaran memimpin misi memburu buronan seorang pemusnah massal, Khan.

Dalam misi itu, seorang kapten muda seperti Kirk harus memimpin perjalanan perang dengan menggunakan Enterprise, sebuah kapal ruang
angkasa penjelajah waktu antar bintang. Banyak tekanan yang dia dapat. Bahkan persoalan cinta dan pertemanan membuat dirinya pusing tujuh keliling. Kirk pun sadar jika menjadi pemimpin itu tidak mudah.

Potongan spoiler itu abstrak jika diartikan menggambarkan penuh di film berbudget Rp 1 triliun lebih ini. JJ menghadirkan Chris Pine sebagai
Captain James T. Kirk, Zachary Quinto sebagai Spock makhluk percampuran perkawinan antara ras manusia dan Vulkan, Simon Pegg
sebagai Scotty, teknisi kapal EnterpriseScotty, Benedict Cumberbatch sebagai Khan si penjahat pemusnah masal dan Alice Eve sebagai Carol Marcus yang merupakan ahli fisika dan anak buronan kru Enterprise.

J. J memang sudah tidak diragukan dalam menyutradari film. Bos Bad Robot Productions ini sudah berpengalaman membuat film ‘Cloverfield,
‘Morning Glory’, sampai ‘Mission Impossible: Ghost Protocol’. Namun memang J.J ini lebih kental menciptakan film drama, meski ada juga
genre film action yang dia buat. Drama itu juga yang kental di ‘Star Trek ID’ ini. Maka itu terlihat alur cerita lama dan kebanyakan mengobrol dan miskin visual effect berbau luar angkasa.

Terlebih Star Trek ID ini cukup mengembalikan Trekkie senior ke zaman keemasan Star Trek. Sebab banyak plot dan setting pemain menyerupai Star Trek klasik. Sebut saja pengganti William Shatner sebagai Kapten Kirk. Peran dia saat ini diganti dengan Chris Pine.

Agak jomplang jika Pine perankan karakter Kirk ini menggaantikan Shatner, mungkin bagaimana kalau dikatakan Kirk modern terlalu culun
menjadi kapten? Namun apakah Pine bisa menggantikan kursi Shatner di kursi kapten, itu belum nisa terjawab. Sebab baru 2 film Star Trek
yang dimainkan Pine. Sementara Shatner sudah malang melintang mulai 1966 sampai 1994.

Kirk sebagai kapten baru di Enterprise tidak terlalu membuat seru cerita Star Trek yang diharapkan membuat penonton tercengang dengan
khayalan J. J meneruskan Gene Roddenberry sebagai penulis naskah asli Star Trek. Yah itu tadi, kebanyakan drama dan intrik. Di sisi lain
adegan perang bintang paling hanya 15 persen. Bagusnya memang penonton mendapatkan cerita lain dari kecanggilan Enterprise, yaitu dengan menonjolkan sisi lain dari karakter si pemeran.

Sebut saja Zachary John Quinto yang memerankan Spock, makhluk percampuran perkawinan antara ras manusia dan Vulka. Sisi lain Spock
ditampilkan, yaitu bagaimanya seorang se-cool Spock saat sedang jatuh cinta. Sejak 2009 memang J. J sudah yakin mengajak Quinto memerankan Spock. Sebab peran manusia planet ini sejak Star Trek diluncurkan akan sulit mencari pemerannya. Sebab bagaimana sisi humor dan ketegangan Spock harus digambarkan dengan muka datar.

Selebihnya sisi artistik, suara dan gambar memang patut dihadiahi jempol. Yah jelas saja semua digarap oleh IMAX yang sudah ahli
di bidang tata kamera 3D. Hanya saja, kok di film Star Trek kali ini rasa 3D tidak terlalu kental. Secara visual, penonton serasa kurang
diajak ke dimensi penjelajahan bintang Enterprise. Ditambah setting lokasi petualangan Spock cs ini kebanyakan di daratan, tidak di luar
angkasa.


Editor: Doddy Rosadi

star trek
into darkness
jj abrams

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...