Amran menjelaskan, total peningkatan produksi padi dalam negeri pada 2024, sebesar 1,13 juta ton atau senilai Rp13,57 triliun.
Penulis: Heru Haetami
Editor: Resky Novianto

KBR, Jakarta- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkapkan adanya peningkatan produksi beras oleh petani dalam negeri dalam tiga bulan terakhir.
"Hasil produksinya ini bisa dilihat Agustus, September, Oktober. Tidak pernah setinggi ini. Ini anomali, ada El Nino, ada La Nina tetapi produksinya jauh lebih tinggi daripada normal. Dan ini data BPS bukan data pemerintah. Kami tidak mengeluarkan lagi data," ujar Amran saat Rapat Kerja di Komisi IV DPR RI Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (4/12/2024).
Amran menjelaskan, total peningkatan produksi padi dalam negeri pada 2024, sebesar 1,13 juta ton atau senilai Rp13,57 triliun.
Sebelumnya, peningkatan produksi itu diyakini Presiden Prabowo Subianto akan membuka peluang Indonesia untuk tidak melakukan impor beras di 2025.
"Sangat menggembirakan produksi pangan kita naik. Cadangan pangan kita mungkin terbesar selama beberapa tahun ini, yang ada di gudang kita saya kira mendekati 2 juta ton. Dan sangat besar kemungkinan dan keyakinan saya tahun 2025 kita tidak akan impor beras lagi," ucap Prabowo, Senin, (2/12/2024).
Kendati demikian, di lain kesempatan, Menteri Koordinator bidang Pangan Zulkifli Hasan mengaku, petani kerap mengeluh lantaran produksinya tidak diserap dengan baik.
"Kalau petani kita tanya, cuma satu saja Pak permintaannya, enggak banyak-banyak. Petani kita itu panen rajin, kerja, cuma satu dia minta. Pak, kalau kami panen beli dong hasil panen kami dengan harga yang bagus, itu saja. Nggak banyak tuntutan petani Indonesia," ujar Zulkifli di Jakarta, Selasa, (3/12/2024).
Menko Pangan Zulkifli Hasan menyebut, perlu adanya transformasi Perum Bulog sebagai pelaksana tugas penyerapan produk pangan dalam negeri.
"Tapi intinya kita ingin Bulog itu, berapa pun hasil gabah petani dia beli. Berapapun produksi jagungnya petani itu mereka beli dengan harga yang bagus, bukan dengan harga yang merugikan petani, tapi harga yang bagus," katanya.
"Misalnya jagung dibeli dengan harga Rp5.500, nanti Bulognya jual Rp4.000 atau Rp4.500 itu enggak apa-apa, subsidi untuk mereka." imbuhnya.
Baca juga:
- Prabowo Yakin 2025 Tak Impor Beras