indeks
Ponpes Kebon Jambu Cirebon, Pencetak Ulama Perempuan

Masriyah Amva selalu mengedepankan kesetaraan gender saat membimbing ribuan santrinya

Penulis: Astri Yuanasari

Editor:

Google News
Ponpes Kebon Jambu Cirebon, Pencetak Ulama Perempuan
Masriyah Amva saat memberi tausiyah di hadapan ratusan santrinya di Pesantren Kebon, Jambu, Cirebon, Jawa Barat. (Foto: KBR/Taufik)

Pondok Pesantren Kebon Jambu Al Islamy Cirebon sudah 12 tahun dipimpin oleh ulama perempuan. Masriyah Amva, yang memimpin 1600-an santri, selalu mengedepankan kesetaraan gender kepada seluruh santrinya, laki-laki atau perempuan. Jurnalis KBR Astri Yuana Sari berkunjung ke pesantren ini.  

KBR, Cirebon- Di hadapan ratusan santri laki-laki yang mondok di Pesantren Kebon Jambu, Masriyah Amva bicara tentang keseteraan gender.

Sudah 12 tahun Masriyah Amva menjadi Ibu Nyai atau pemimpin pesantren ini, setelah suaminya meninggal dunia.

Di masa awal, tak mudah bagi ia memimpin pondok pesantren ini.Banyak tokoh agama memandangnya sebelah mata. Bahkan banyak pula orangtua santri yang memindahkan anaknya ke pesantren lain, hanya karena tak mau dipimpin perempuan.

Akhirnya banyak mata yang melihat, ternyata perempuan itu bisa setara dengan laki-laki, walaupun di ranah-ranah yang tidak menerima perempuan

Ma'had Alyatau pendidikan setara perguruan tinggi di Pondok Kebon Jambu, menjadi sarana bagi Masriyah untuk mewujudkan cita-citanya mencetak ulama-ulama perempuan.

“Dari perjalanan saya ini, saya menganggap bahwa ulama-ulama perempuan ini perlu diangkat. Karena sebetulnya mereka banyak, tapi tidak bisa terangkat. Saya kalau tidak mengangkat diri untuk hidup, saya mungkin tenggelam,” katanya.

Versi Marsiyah, ulama perempuan tak hanya mereka yang berjenis kelamin perempuan. Tapi juga ulama laki-laki yang punya pemahaman soal isu perempuan.

Di pesantren ini seluruh pengajar baik ustad atau guru dan dosen harus punya pemahaman tentang kesetaraan gender.

“Di sini nggak boleh dosennya itu yang punya 2 istri atau 3 istri, itu nggak boleh. Trus dosennya harus punya wacana-wacana tentang perempuan, dan pembela perempuan, itu yang disyaratkan oleh rektor kita. Karena perjuangan kita ini masih sangat berat. Dan kita sudah melihat banyak titik-titik terang keberhasilan. Dan mulai banyak orang menerima, mulai banyak orang sadar,” jelas Marsiyah.

Pemimpin Pondok Pesantren Kebon Jambu Al Islamy Cirebon, Masriyah Amva, berharap Islam semakin indah bersama ulama-ulama perempuan.

“Ini saya berharap ajaran agama kita semakin lebih indah dibawa oleh para perempuan-perempuan ini. Kemudian lebih lembut, lebih toleran, dan lebih memperhatikan masalah-masalah perempuan yang banyak sekali, yang berhubungan dengan kekerasan seksual, dengan diskriminasi. 


<tr>

	<td><b>Reporter</b></td>


	<td><b>:</b></td>


	<td><b>Astri Yuanasari<span id="pastemarkerend"></span></b><br>
</tr>


<tr>

	<td><b>Editor</b></td>


	<td><b>:</b></td>


	<td><b>Friska Kalia<br>
</tr>

     

  

kesetaraan gender
ulama perempuan
feminisme
feminis
pesantren
Cirebon

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...