indeks
Musik Hazara Dibungkam di Pakistan

Musisi Hazara menjadi target serangan militant Islam dan menghancurkan harapan mereka untuk menggelar konser lagi.

Penulis: Mudassar Shah

Editor:

Google News
Musik Hazara Dibungkam di Pakistan
Musisi Hazara di Quetta mengalami diskriminasi, Musisi Hazara di Quetta tidak bisa konser lagi, minoritas Hazara di Pakistan

Jalanan di Hazara lengang dan mencekam... Sekarang masih siang tapi nyaris tak ada orang di jalanan.
 
Ini adalah permukiman warga Hazara di pinggiran kota Quetta.
 
Sebagian besar mereka yang ada di sini adalah orang Hazara asal Afghanistan yang melarikan diri dari Taliban.
 
Saat saya mengetuk pintu rumah salah satu musikus Hazara ternama di kota ini, saya melihat ada seseorang yang memperhatikan kami dengan penuh curiga lewat sebuah lubang kecil.
 
Beberapa menit kemudian, pintu gerbang dibuka Fareedon Yousafzada yang berusia 14 tahun.
 
Fareedon terlihat takut dan segera mengunci pintu begitu kami berada di dalam.
 
Fareedon adalah putra Habib Yousafzada, salah satu musisi paling populer di Quetta.

Tapi sekarang ia jarang menyanyi... ia membuka toko untuk menopang hidup.

“Di Pakistan, saya lihat semua orang membenci putra saya, keluarga saya dan saya sendiri, karena kami orang Hazara. Orang-orang  membunuh orang Hazara tanpa alasan. Kami juga diserang karena kami musisi dan orang di sini tidak suka dengan musisi.”

Keluarga itu meninggalkan Afghanistan saat Taliban berkuasa tahun 1990an.

Tapi setelah pindah ke Pakistan, mereka tetap diserang.

Dalang aksi kekerasan itu adalah Lashkar-e-Jhangvi, sebuah kelompok militan yang khusus menyerang minoritas Muslim Syiah di Pakistan, termasuk orang Hazara.

Dan menurut mereka, musik itu tidak Islami.

Fareedon diserang setelah ikut serta dalam sebuah acara musik di komunitas Hazara tahun lalu.

“Satu malam, dua anak muda mengetuk pintu gerbang. Saat saya buka dan keluar, mereka bertanya, apa kamu Fareedon? Saya tidak menjawab dan mereka mulai memukuli saya. Salah satunya menembak saya. Saya segera lari ke dalam rumah untuk menyelamatkan diri sedangkan mereka segera pergi dengan sepeda motor. Seluruh tubuh saya masih terasa sakit.”
 
Banyak orang Hazara Pakistan yang mencoba mencari suaka di Australia...

Tapi Fareedon dan ayahnya tidak punya biaya.

“Ayah saya seorang musisi dan saya harus menjaganya karena saya masih muda. Saya suka musik dan berusaha mempelajarinya. Saya ingin jadi musikus hebat satu hari nanti dan dihormati masyarakat.”

Menurut sejarah, orang Hazara jadi target kekerasan karena mereka berasal dari etnis yang berbeda dan mudah dikenali dari ciri fisik mereka.

Muhammad Idrees adalah seorang jurnalis, juga orang Hazara. Ia dipaksa berhenti dari pekerjaannya di sebuah TV swasta karena dianggap sebagai ancaman. 
 
Ia mengatakan musisi Hazara jadi korban diskriminasi.
 
“Syiah tidak melarang musik. Banyak penyanyi dan musisi populer di Pakistan adalah orang Hazara. Tapi ada ratusan orang Hazara dibunuh dan luka-luka. Anak-anak muda menentang konser musik, dan lebih suka menghadiri pertemuan agama. Mereka sebut orang yang mengadakan konser musik itu orang kafir.”

Tayaba Sahar adalah penyair ternama yang banyak menulis tentang kesengsaraan orang Hazara. 

Ia prihatin karena orangtua tidak lagi membolehkan anak-anaknya, terutama anak perempuan, untuk keluar rumah karena khawatir dengan keselamatan mereka.

“Saya menulis sebuah puisi yang menggambarkan pemerintah dan komunitas internasional sebagai penonton bisu, yang tidak melakukan apa pun melihat situasi yang dihadapi komunitas Hazara. Mereka tidak memperhatikan kami. Saya juga menggambarkan situasi yang mengerikan ini dalam sebuah komik pendek.”

Januari lalu, sedikitnya 120 orang tewas dalam serangan bom kembar di klub biliar yang ramai. Sebulan kemudian, puluhan tewas setelah terjadi ledakan di pasar.

Pasca insiden ini, Pemerintah Pakistan langsung meningkatkan penjagaan di Quetta.

Tapi tidak satu pun ditangkap untuk pengeboman dan pembunuhan tersebut.

Hadeela Fiza yang berusia 9 tahun adalah pelajar kelas 4 SD.

Dia belajar di sekolah khusus orang Hazara di Quetta dan sedang berlatih menulis puisi baru.
 
“Saya ingin membagi kepedihan dan kesedihan masyarakat Hazara pada dunia lewat tulisan saya. Saya juga akan berjuang demi Hazara jika ada kesempatan, seperti lewat debat, puisi, musik atau bentuk lainnya.”

Tapi banyak yang khawatir, butuh waktu lama untuk menanti musisi Hazara kembali tampil...

“Saya ingin orang yang mendengar musik saya bisa melupakan kesedihannya. Saya ingin bernyanyi bagi orang-orang yang sedih. Tapi ada yang tidak menyukainya dan mengancam kami. Saya takut karena saya tahu mereka mau membunuh saya... tapi saya juga cinta musik. Saya ingin hidup bersama musik sampai saya mati.”


Musisi Hazara di Quetta mengalami diskriminasi
Musisi Hazara di Quetta tidak bisa konser lagi
minoritas Hazara di Pakistan

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...