indeks
Lampu Tenaga Surya Melepas Risau Penyintas Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki

Dompet Dhuafa memprioritaskan lampu tatasurya ini di posko pengungsian dengan kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, ibu menyusui hingga balita.

Penulis: Dompet Dhuafa

Editor: Paul M Nuh

Google News
Lampu Tenaga Surya Melepas Risau Penyintas Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki
Warga pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki mendapat bantuan lampu tenaga surya. Foto: DMC Dompet Dhuafa

Flores Timu, NTT - Sudah 25 hari berlalu semenjak Gunung Lewotobi Laki-Laki menggemparkan masyarakat Indonesia. Selama 25 hari itu pula pemerintah, lembaga dan komunitas saling bahu-membahu bantu penanganan untuk penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki. Abu menyelimuti rumah, lahan, jalan dan menyisakan kota kosong dalam seketika. Hanya beberapa hewan liar yang berkeliaran di kota sunyi tersebut. Pemandangan asri yang hijau berubah seketika menjadi nuansa muram.

Masyarakat mengungsi ke berbagai tempat menjauhi laju asap dan gunung. Beberapa mengungsi ke tempat publik seperti sekolah dan tempat ibadah yang memang memungkinkan menampung banyak jiwa. Beberapa lainnya mengungsi secara mandiri. Ada yang mengungsi ke hutan dan sawah serta mendirikan tenda terpal seadanya, penerangan seadanya, dan tempat sanitasi seadanya.

Disaster Management Center (DMC), Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC), dan Dompet Dhuafa Nusa Tenggara Timur, masih memberikan pelayanan terbaik untuk penanganan penyintas yang tersebar ke berbagai titik, mulai dari mendirikan Dapur Umum, Pos Hangat, Distribusi Air Bersih, Layanan Medis, Taman Ceria, MCK Darurat hingga yang terbaru distribusi Lampu Tatasurya.

Tim Dompet Dhuafa mendistribusikan 8 (delapan) lampu tenaga surya kepada posko pengungsian mandiri di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Jumat (29/11/2024).

Posko pengungsian mandiri yang berlokasi di Desa Pululera terletak di antara hutan-hutan dan lahan pertanian kosong. Penerangan merupakan kebutuhan mendesak di sini. "Di posko ini masih sulit penerangan, berbeda sekali dengan keadaan sebelum erupsi", ujar Theresia Jaja Seda salah satu penyintas.

Selain karena belum ada aliran listrik, mereka juga sempat menggunakan jenset, namun ada yang tidak berfungsi, ada pula yang tidak memiliki bahan bakar yang cukup.

Kekurangan lampu ini adalah penerangannya terbatas, dan warga harus memperoleh minyak tanah. Situasi itu membuat penyintas tambah kesulitan sendiri. "Kami masih menggunakan lampu pelita, seadanya saja", sambung Theresia.

red
Petugas memasang lampu tenaga surya di tenda-tenda pengungsian. Foto: DMC Dompet Dhuafa.

Lokasi pengungsian mereka juga bukan termasuk ke dalam jalur utama atau jalan raya yang memang dilewati banyak orang, sehingga agak sulit dan membutuhkan usaha yang lebih untuk mengirimkan bantuan ke sana. Saat malam tiba, jalan menjadi karpet hitam yang legam, karena memang tidak ada penerangan di sana.

Dompet Dhuafa memprioritaskan lampu tatasurya ini di posko pengungsian dengan kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, ibu menyusui hingga balita.

"Kami memprioritaskan kelompok rentan", terang Taqi Falsafati selaku PIC Penanganan Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki DMC Dompet Dhuafa.

Tim Dompet Dhuafa bersama warga memasang panel menggunakan kayu atau bambu yang tertancap di tanah, ada pula yang diletakan di atas pohon, mengingat lokasinya berada di perhutanan.

"Terima kasih banyak atas bantuannya. Kita tidak perlu khawatir lagi soal penerangan di malam hari", tutup Theresia.

Kawan Baik, mari doakan dan ulurkan tangan untuk membantu kawan-kawan penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki. Semoga penyintas selalu berada di bawah perlindungan dan kasih sayang Tuhan Yang Maha Esa.

Baca juga: Dari Aceh untuk Aceh: Dompet Dhuafa Tanam 220 Mangrove

erupsi
Gunung Lewotobi Laki-laki
tenaga surya

Berita Terkait


Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Loading...